logo

Art

Di Hari Ibu, Dongeng Relief Borobudur Diperdengarkan

Di Hari Ibu, Dongeng Relief Borobudur Diperdengarkan
Dua cerita dari 70 kisah relief di Candi Borobudur, yaitu 'Maddri Vishvantara' dan 'Romansa Manohara Sudhana' diperdengarkan di Taman Pintar Kota Yogyakarta, Rabu (22/12/2021). (EDUWARA/Setyono)
Setyono, Art22 Desember, 2021 19:58 WIB

Eduwara.com, JOGJA – Salah satu upaya untuk memperkaya pengetahuan tentang relief-relief candi, Taman Wisata Candi (TWC) Borobudur, Prambanan dan Ratu Boko mencoba memaparkan cerita yang terkandung di relief lewat seni.

Dari sebanyak 70 kisah relief, dua cerita yaitu 'Maddri Vishvantara' dan 'Romansa Manohara Sudhana' diperdengarkan di Taman Pintar Kota Yogyakarta, Rabu (22/12/2021).

"Kami mengajak masyarakat untuk memahami kisah-kisah yang terpapar di relief, khususnya Candi Borobudur dari berbagai sisi kelimuan. Kali ini kami mengajak masyarakat menikmati cerita itu lewat seni," kata Produk Analis Taman Wisata Candi (TWC) Dewayani Retno Indarti.

Ia menjelaskan relief pada Candi Borobudur selain memiliki kisah-kisah yang menarik, juga terdapat berbagai nilai-nilai dan pesan kehidupan yang ditransferkan oleh nenek moyang.

"Candi terbesar ini ibarat sebuah sumber literasi dan edukasi tentang nilai-nilai kehidupan. Menjelaskan cerita lewat dongeng, ini akan semakin memperkaya sudut pandang bagi Borobudur," lanjutnya.

Mendongeng, menurutnya, juga bisa digunakan sebagai daya tarik bagi wisatawan yang memilih mendapatkan pengetahuan dari cerita dibandingkan membaca. Itu semakin memperkuat bahwa Candi Borobudur itu seperti perpustakaan yang kaya.

Ia menambahkan dalam relief tersebut tersimpan berbagai nilai yang dapat diaplikasikan di era saat ini, sekaligus menjadi penanda kekayaan budaya nusantara.

"Edukasi sejarah nilai sejarah, kisah relief yang sudah ditata oleh nenek moyang kita. Indonesianya akan kuat dengan nilai. Orang akan paham bahwa budaya kita sangat kaya dan penuh dengan nilai, mereka datang dapat kisah yang berbeda-beda," katanya.

Lewat pagelaran wayang kulit, budayawan Bambang Eka Prasetya kali membawakan cerita tentang 'Romansa Manohara Sudhana'. Baginya relief-relief di Borobudur adalah perwujudan nyata dari karya sastra klasik abad 1-5.

"Selama ini penceritaan relief di Borobudur, bersumber dari pendapat atau penelitian langsung relief tanpa membandingkan dengan karya sastra klasik, khususnya peneliti Belanda. Saya ingin memberi sudut pandang melihat relief Borobudur dari sisi lain," katanya.

Ketua Penyelenggara M Boy Rifai menyatakan kegiatan itu dihelat selama beberapa hari di Taman Pintar dengan menghadirkan sejumlah seniman dan budayawan. Pengunjung anak-anak dikenalkan dengan berbagai nilai budaya nusantara.

"Kegiatan ini sekaligus untuk memperingati hari Ibu, pengunjung yang datang juga kami sediakan makanan yang kami masak di lokasi. Kalau hari ini menunya rica-rica sidat," katanya.

Read Next