Bagikan:
Bagikan:
Eduwara.com, JOGJA - Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi mengajak mahasiswa untuk terlibat aktif dalam menyosialisasikan keanekaragaman konsumsi pangan khususnya pada kearifan lokal.
Dalam kuliah terbuka di Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Jumat (23/9/2022), Arif membawakan materi berjudul 'Kebijakan Pangan Nasional dan Pentingnya Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan'.
"Banyak negara tengah dihadapkan pada krisis global, baik di sektor energi, pangan dan keuangan. Hal ini terjadi sebagai dampak dari perubahan iklim ekstrim, pandemi covid-19, ketidakpastian perekonomian global, terjadinya tensi geopolitik, dan disrupsi pasokan," katanya.
Kondisi ini, lanjut Arif, mengakibatkan harga pangan naik dan pembatasan ekspor pangan oleh sejumlah negara. Oleh karena itu, penganekaragaman konsumsi pangan berbasis potensi dan kearifan lokal sangat penting sebagai alternatif dalam menghadapi krisis pangan yang terjadi.
Dalam situasi krisis pangan, beberapa negara produsen pangan di dunia mengambil kebijakan restriksi ekspor terhadap komoditas tertentu, seperti gandum, gula, daging sapi, dan kedelai. Sejumlah negara seperti negara Rusia, India, dan Ukraina juga membatasi ekspor gandum. Pembatasan ekspor ini berakibat pada naiknya harga komoditas pangan global.
"Oleh karena itu, Indonesia harus menyikapi dengan mengoptimalkan potensi pangan dalam negeri," tegasnya.
Penganekaragaman Konsumsi Pangan Lokal
Arif juga memaparkan ada persoalan lain yang perlu dicermati bersama terkait ketahanan pangan. Merujuk peta ketahanan dan kerentanan pangan Indonesia, saat ini masih terdapat 74 kabupaten/kota yang rentan rawan pangan.
Berdasarkan angka Prevalence of Undernourishment (PoU) 2021, yang merupakan indikator SDGs ke-2, sebanyak 23,1 juta jiwa penduduk Indonesia (8,49 persen) mengonsumsi kalori kurang dari standar minimum untuk hidup sehat, aktif dan produktif. Jumlah tersebut meningkat sebesar 510 ribu jiwa (0,15 persen) dibandingkan 2020.
"Salah satu alternatif dalam menjamin ketahanan pangan nasional adalah dengan meningkatkan penganekaragaman konsumsi pangan lokal. Terlebih Indonesia adalah negara yang kaya keanekaragaman hayati dan berpotensi tinggi untuk melakukan penganekaragaman konsumsi pangan," sebutnya.
Bapanas saat ini tengah menyosialisasikan Gerakan Makan Enak, Makan Sehat, Makan B2SA (Beragam, Bergizi Seimbang dan Aman) terutama lewat kampus, khususnya pada mahasiswa UGM, untuk menjadi agen ketahanan pangan dari Sabang sampai Merauke.
Rektor UGM, Prof Ova Emilia antusias berkolaborasi bersama Bapanas. UGM memiliki mahasiswa yang bisa menyebarkan hal positif termasuk ketahanan pangan dengan gerakan B2SA di seluruh Indonesia.
"Mahasiswa UGM dengan pengabdian pada masyarakat, KKN ada di seluruh Indonesia. Kami dengan senang hati membantu menyosialisasikan B2SA, mahasiswa ini agen of change," tandas Ova.