logo

Kampus

FSP ISI Yogyakarta Gelar Sendratari Kolosal Wayang Topeng Panji

FSP ISI Yogyakarta Gelar Sendratari Kolosal Wayang Topeng Panji
FSP ISI Yogyakarta sukses menggelar sendratari kolosal ‘Wayang Topeng Panji’ di Laboratorium Seni, Selasa (9/12/2025) malam. (EDUWARA/K. Setyono)
Setyono, Kampus10 Desember, 2025 02:35 WIB

Eduwara.com, JOGJA – Fakultas Seni Pertunjukan (FSP) Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta sukses menggelar sendratari kolosal ‘Wayang Topeng Panji’ di Laboratorium Seni, Selasa (9/12) malam.

Pertunjukan yang melibatkan sinergi mahasiswa dan dosen dari enam program studi (Prodi) di lingkungan FSP ini menjadi perwujudan komitmen ISI Yogyakarta dalam melestarikan seni tradisi bernilai historis dan filosofis tinggi.

Dipimpin oleh Dosen Karawitan FSP, Setya Rahdiyatmi Kurnia Jatilinuar, proyek kolaborasi ini melibatkan sekitar 50 personel gabungan dari Prodi Tari, Teater, Musik, Karawitan, Etnomusikologi, dan Pedalangan. Acara ini berada di bawah koordinasi langsung Unit Pelaksana Akademik (UPA) FSP ISI Yogyakarta.

“Malam ini kami mengangkat judul ‘Wayang Topeng Panji; Dharma Satriyatama’,” ujar Setya di sela-sela persiapan pementasan.

Setya menjelaskan bahwa Wayang Topeng Panji merupakan pertunjukan rutin yang biasanya digelar di Museum Sonobudoyo. Untuk memperluas jangkauan publik, pertunjukan kali ini dikemas ulang dengan sentuhan unsur kebaruan, baik dari sisi narasi cerita, desain kostum, maupun komposisi musik pengiring, tanpa menghilangkan esensi tradisi.

Kisah Klasik

Lakon ‘Dharma Satriyatama’, yang ditulis oleh Y Adityanto Aji, mengangkat kisah klasik Panji yang sarat ajaran tentang dharma (kewajiban), pencarian jati diri, dan nilai-nilai kesatriaan. Sajian ini memadukan seni topeng, tari, musik, serta dramatik tradisi yang menjadi identitas khas Wayang Topeng Panji.

Cerita berfokus pada perjalanan Panji Inu Kertapati dalam pencarian jati diri setelah ditinggal kekasihnya, Dewi Angraeni. Dalam kesedihan, Panji mengubah identitasnya menjadi Klana Jayengsari.

Perjalanan ini membawanya ke Kerajaan Jenggala, di mana ia memenangkan sayembara pinang Dewi Sekartaji. Kemenangan tersebut menyulut amarah Prabu Gajah Angun-Angun dari Metaun, yang berujung pada pertempuran besar. Klana Jayengsari berhasil memulihkan kedamaian dan menemukan makna kesatriaan sejati.

“Kisah ini tidak hanya menghadirkan dramatika dan estetika tradisi, tetapi juga nilai moral bahwa seorang kesatria harus mampu menundukkan ego, menjalankan dharma, serta menjaga kehormatan dan kasih sayang,” papar Setya.

Pementasan ini juga didukung oleh tim kreatif yang solid, termasuk penata tari Arjuni Prasetyorini, penata iringan Aji Santoso Nugroho, dan penata busana Winarsi Lies Apriyanti. Kehadiran dua bintang tamu ternama, Uni Yutta dan Mamok Ramadona, turut menambah bobot artistik dan memperkaya pengalaman penonton.

Kepala UPA FSP ISI Yogyakarta, Joko Tri Laksono, menerangkan pementasan ini merupakan program rutin akhir tahun yang berfungsi sebagai media pembelajaran sekaligus upaya pelestarian seni tradisi.

“Wayang Topeng Panji selama ini tidak banyak dipentaskan di depan publik. Di kami ini merupakan materi pembelajaran karena di dalamnya termuat gerak tari, musik, dan topeng yang penuh ekspresi,” jelas Joko.

Berbarengan dengan dimulainya pementasan kolaborasi akbar ini, turut diresmikan pula satu set gamelan baru milik Laboratorium Seni ISI Yogyakarta, yang langsung digunakan untuk mengiringi lakon "Dharma Satriyatama" malam itu.

Pementasan perdana ini akan dilanjutkan dengan pementasan skala lebih kecil di Museum Sonobudoyo pada 23 Desember mendatang.

Read Next