logo

EduBocil

Hari Anak Nasional, Wagub Jateng Tekankan Peran Orang Tua dalam Pendidikan Karakter

Hari Anak Nasional, Wagub Jateng Tekankan Peran Orang Tua dalam Pendidikan Karakter
Wakil Gubernur Jawa Tengah, Taj Yasin Maimoen. (EDUWARA/Pemprov Jateng)
Redaksi, EduBocil25 Juli, 2022 22:57 WIB

Eduwara.com, SEMARANG – Wakil Gubernur Jawa Tengah, Taj Yasin Maimoen menilai Hari Anak Nasional (HAN) 2022 perlu diperingati secara mendalam. Melalui peringatan itu, peran orang tua dalam mendidik anak harus menjadi landasan utama, bagi tumbuh kembang dan pembentukan karakter anak.

Sosok yang kerap disapa Gus Yasin itu juga meminta agar tindakan-tindakan perundungan dapat dihilangkan dari pola kehidupan anak. Apalagi, perundungan terjadi seperti bom waktu yang dapat meledak kapan saja.

Menurut dia, perundungan juga berantai. Maksudnya yang tadinya korban bisa jadi malah melakukan perundungan. Hal itu akan menumpuk terus seperti bom waktu.

“Kita tidak tahu kapan akan meledak. Tahu-tahu terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. Saya merasa prihatin dengan kejadian perundungan yang baru-baru ini terjadi, sampai merenggut nyawa anak. Harusnya itu bisa dihilangkan,” kata Gus Yasin seperti dilansir Eduwara.com, Senin (25/7/2022) dari laman Pemerintah Provinsi Jawa Tengah (Pemprov Jateng).

Pemprov Jateng, sambung Gus Yasin, terus berupaya memberikan edukasi kepada anak melalui Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB). Pemerintah juga menggandeng para stakeholder terkait untuk menangani masalah perundungan.

Tak hanya itu, pemerintah juga membuat berbagai program untuk memberikan perlindungan terhadap anak. Salah satunya adalah program “Jo Kawin Bocah” yang digagas pada masa pemerintahannya mendampingi Gubernur Ganjar Pranowo. Dia menilai, program tersebut dibentuk untuk memberikan edukasi kepada anak dan orang tua agar anak tidak menikah pada usia dini.

Apabila terjadi pernikahan pada usia dini, lanjut dia, psikologi anak masih belum siap untuk menjalani jenjang berkeluarga. Sehingga, kehidupan rumah tangga bisa jadi kurang harmonis, atau malah bisa berujung pada perceraian.

“Maka itu, kami imbau terus, khususnya pada orang tua. Agar mereka tidak buru-buru menikahkan anak mereka. Karena jenjangnya masih panjang, anak masih bisa berkarir dulu menikmati masa anak dan remaja,” tandas dia. (K. Setia Widodo/*)

Read Next