Bagikan:
Bagikan:
Eduwara.com, SOLO – Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Kelompok Kerja Teater Tardisional (KKTT) Wiswakarman Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo menggelar Pentas Istimewa, Senin (1/8/2022) malam. Pentas tersebut diselenggarakan di Sasana Kridha Mangkubumen, Banjarsari, Solo.
Sutradara Pementasan, Gabriella Salma Putri menuturkan proses latihan selama tiga pekan.
"Dua pekan pertama latihan selama enam kali, jadi setiap pekan latihan tiga kali. Sedangkan satu pekan terakhir latihan setiap hari. Sedangkan untuk tempuk gendhing dilakukan selama tiga kali sebelum pelaksanaan pentas," kata Gabriella kepada Eduwara.com, Selasa (2/8/2022).
Gabriella mengaku terharu dengan pelaksanaan pentas. Hal tersebut karena antusias penonton yang datang melihat pementasan.
"Apalagi ini program kerja baru, jadi aku juga bingung harus ngapain. Akhirnya bisa juga dibantu yang lain. Semoga tahun-tahun selanjutnya bisa seperti ini dan lebih baik lagi," tutur dia.
Sementara itu, Ketua KKTT Wiswakarman, Rakha Alfirdaus mengatakan Pentas Istimewa merupakan salah satu program kerja baru dari UKM tersebut.
"Pentas Istimewa adalah program kerja baru dari KKTT Wiswakarman. Program kerja ini sama tujuannya dengan penggunaan istilah Istimewa, yaitu isinya tentang mengembangkan wadah dari bakat para anggota Wiswakarman," jelas dia.
Rakha menambahkan, Sasana Kridha Mangkubumen dipilih sebagai tempat pementasan karena Wiswakarman sudah lama tidak pentas di luar kampus. Maka pementasan itu sekaligus mengenalkan kembali kepada masyarakat umum.
Dalam pementasan itu, diambil cerita berjudul Warisan, di mana Rakha juga sebagai penulisnya. Dia menjelaskan sebenarnya cerita yang dimainkan merupakan adaptasi dari grup Kethoprak Ngampoeng.
Ingatkan Warisan Para Pahlawan
Warisan bercerita mengenai pemuda bernama Panji yang menginginkan warisan dari ayahnya untuk mempersunting salah seorang perempuan bernama Arum. Namun perbuatan Panji ditentang oleh saudara dan ibunya.
Akhirnya persoalan tersebut diselesaikan dengan bantuan paman dari keduanya. Ketika kotak warisan dibuka, ternyata berisi bendera merah putih.
"Jadi bendera merah putih itu menjadi warisan kepada kita atas jasa para pahlawan yang telah memerdekakan Republik Indonesia. Sehingga pesan yang ingin disampaikan yaitu jangan sampai lupa dengan warisan yang sudah diberikan kepada kita, yaitu Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Pemilihan cerita ini juga dalam rangka memperingati kemerdekaan Indonesia. Sekarang kan sudah masuk bulan Agustus," ungkap dia.
Pantauan Eduwara.com, para penonton terlihat antusias melihat pementasan. Mereka terlihat menyemut dengan duduk di kursi yang sudah disediakan maupun menggelar tikar-tikar sembari memesan makanan atau minuman yang dijajakan pedagang di area Sasana Kridha Mangkubumen.
Penonton sesekali tertawa karena polah dari pemain yang lucu. Meriah tepuk tanganpun terdengar ketika pementasan selesai. Salah seorang penonton, Tri Wahyuni menuturkan pementasan yang disuguhkan terasa segar.
"Pementasan terasa segar, cerita yang dimainkan ringan dan mudah dimengerti. Bagian ending juga menarik karena ternyata warisannya adalah bendera merah putih," ucap dia.
Yuni menambahkan, selain dari cerita, iringan musik pun sangat segar. Karena biasanya jika pertunjukan teater tradisional menggunakan iringan-iringan klasik menggunakan gamelan saja. Namun pertunjukan itu tidak hanya menggunakan gamelan, karena ditambah alat musik modern dan aransemen iringan yang digunakan.
"Semoga pentas-pentas seperti ini tetap ada dan berkembang," harap Yuni. (K. Setia Widodo)