logo

Kampus

Ini Solusi dari Mahasiswa ITS untuk Optimalkan Finansial PLTSa

Ini Solusi dari Mahasiswa ITS untuk Optimalkan Finansial PLTSa
Tampilan aplikasi Social Empowerment, rancangan tim mahasiswa ITS, mengenai lapangan pekerjaan yang tersedia untuk masyarakat sekitar PLTSa (ITS)
Bunga NurSY, Kampus23 Februari, 2022 14:08 WIB

Eduwara.com, SURABAYA—Tim mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya menyusun proposal solusi untuk capai kelayakan finansial dalam pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) di Makassar guna menarik investor.

Ide yang disusun dalam waktu tiga minggu ini dituangkan dalam karya tulis berjudul Optimalisasi Kelayakan PLTSa Makassar Menggunakan Electricity Supply Chain Management dengan Bantuan Aplikasi Social Empowerment untuk Pemberdayaan Masyarakat. Karya tulis ini pun digarap oleh Ketua Tim Rizki Amrizal bersama dengan dua anggota timnya yakni Reyhan Hamdan Ibda’u Atma dan Muhammad Revanza Maulana.

Ketua tim Rizki Amrizal menjelaskan, pada kasus ini timnya mendapatkan informasi bahwa terdapat produksi sampah sebanyak 12 ton per hari di Makassar. Meskipun begitu, terdapat beberapa keraguan dari para investor terkait dengan kelayakan finansial dari pembangkit listrik tersebut. 

“Jadi di sini kita berusaha meyakinkan mereka [para investor] kalau berinvestasi di sini itu menguntungkan,” jelasnya seperti dikutip dari situs resmi ITS, Rabu (23/02/2022).

Dia menyebutkan, dari hasil analisis kelayakan finansial bersama timnya didapatkan bahwa nilai internal rate of return (IRR) yang merupakan tingkat keuntungan yang akan didapatkan dari investasi berada di angka 19,9 persen. 

Nilai ini cukup tinggi jika dibandingkan dengan minimum attractive rate of return (MARR) yang berada di angka 6 persen. “Indikator IRR yang didapatkan ini jauh lebih tinggi hingga mencapai tiga kali lipat. Dari segi profit, sangat bisa meyakinkan investor,” tuturnya.

Dalam mencapai tujuan tersebut, mahasiswa yang akrab disapa Amrizal ini bersama timnya mengajukan beberapa solusi. 

Solusi pertama yaitu mengalihkan proses pada pembangkit listrik dari proses pembakaran ke gasifikasi. Dengan peralihan ini, meskipun memiliki biaya yang lebih mahal, akan mengurangi emisi yang signifikan. 

“Kalau mesin pembakaran itu menghasilkan karbon monoksida yang tinggi, jika gasifikasi bisa berkurang drastis,” ungkapnya.

Solusi kedua yaitu memberikan tipping fee atau biaya pengelolaan sampah kepada setiap PLTSa yang akan dibangun di Makassar. Tipping fee yang ditawarkan dari tim yang diberi nama Bilos ini adalah sebesar Rp 160 ribu. 

Kemudian, solusi ketiga, tim ini mengombinasikan antara electricity supply chain dengan green business supply chain. Dengan begini, pembangkit listrik tersebut akan mendapatkan pasokan sampah untuk terus beroperasi, sekaligus akan memberikan efek hijau pada lingkungan dengan memanfaatkan kembali sampah yang ada.

 

Read Next