logo

Kampus

Jelajah Kuliner Nusantara, Kuatkan Toleransi Mahasiswa PMM di Unitomo

Jelajah Kuliner Nusantara, Kuatkan Toleransi Mahasiswa PMM di Unitomo
Para mahasiswa peserta program Pertukaran Mahasiswa Merdeka (PMM) di Unitomo Surabaya memperkenalkan makanan khas dari daerah masing-masing beserta cerita yang melatarinya, di Gedung F Lantai 3 Kampus Unitomo, Senin (07/11/2022). (EDUWARA/Dok. Pribadi)
Redaksi, Kampus07 November, 2022 23:56 WIB

Eduwara.com, SURABAYA -- Pertukaran Mahasiswa Merdeka (PMM) yang diinisiasi oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) telah berjalan dengan baik, khususnya di Universitas Dr Soetomo (Unitomo) Surabaya.

Dalam rilis yang dikirimkan ke Eduwara.com, Senin (07/11/2022), Annafi selaku dosen pembimbing Modul Nusantara (MN) mengatakan telah menyusun beberapa kegiatan yang berkaitan langsung dengan kebhinnekaan, kebangsaan dan refleksi terhadap budaya nusantara sampai pada kuliner nusantara.

Hal ini terbukti dalam kegiatan MN yang digelar pada Senin (07/11/2022). Annafi membuat suatu program kegiatan dengan tajuk ‘Menjelajahi Kuliner Nusantara dengan Segala Ciri Khas dan Sejarahnya’.

Beragam daerah yang terbentang dari Sabang hingga Merauke tidak hanya menjadikan Indonesia kaya akan suku dan budaya melainkan juga ragam kuliner. Bertempat di Gedung F Lantai 3, PMM Unitomo melaksanakan kegiatan kuliner nusantara untuk memperkenalkan makanan khas daerah masing-masing mahasiswa PMM berasal. 

“Kegiatan modul nusantara tidak hanya menguatkan tentang wawasan kebangsaan, toleransi dalam keberagaman, akan tetapi merajut kekeluargaan dan kebersamaan dalam bingkai kuliner nusantara, di mana mahasiswa yang satu dan yang lain saling mencicipi makanan khas daerah masing-masing sekaligus diceritakan sejarah lahirnya makanan itu sendiri dan kapan makanan khas itu disuguhkan dan dijadikan sebagai oleh-oleh,” tutur Annafi.

Salah satu perwakilan mahasiswa memperkenalkan Coto Mangkasara atau Coto Makassar, makanan tradisional suku Bugis dan suku Makassar, Sulawesi Selatan. Konon coto ini sudah ada sejak masa Kerajaan Gowa, tepatnya di Kabupaten Gowa pada abad ke-16. Dahulu hidangan coto ini hanya disajikan untuk keluarga kerajaan.

Melan Ayu Shafira, mahasiswa yang berasal dari Makassar menyampaikan kegiatan PMM ini tidak hanya menambah wawasan, ilmu dan pengetahuan. Lebih dari semua itu, kegiatan ini telah melahirkan kebersamaan dari banyaknya perbedaan dari para mahasiswa peserta PMM.

"Tentunya tidak hanya memberikan kesan dan pesan melainkan akan menyisakan kenangan sepanjang ingatan kepada kami semua, sesuai dengan tagline PMM, ‘Bertukar Sementara, Bermakna Selamanya’,” tutupnya.

Read Next