Bagikan:
Bagikan:
Eduwara.com, JAKARTA—Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) menjadi tuan rumah sidang pertemuan regional kawasan Asia-Pasifik menuju United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) Mondiacult 2022.
Pertemuan untuk merancang agenda global yang baru mengenai kebijakan bidang kebudayaan pascapandemi Covid-19 itu digelar secara hybrid di Jakarta Convention Center, pada 11 sampai 12 Januari 2022.
Konferensi Kebijakan Kebudayaan Dunia Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Persatuan Bangsa-Bangsa (UNESCO World Conference on Cultural Policies) – Mondiacult 2022 ini akan membawa momentum baru dalam perkembangan dialog global terkait peran kebudayaan dalam mewujudkan pembangunan berkelanjutan.
Mondiacult 2022 kembali akan diselenggarakan oleh Pemerintah Meksiko pada tanggal 28 sampai 30 September 2022 dan akan dibuka oleh Direktur Jenderal UNESCO Audrey Azoulay.
Sebelum Konferensi Kebijakan Kebudayaan Dunia UNESCO Mondiacult 2022 digelar, UNESCO menyelenggarakan lima pertemuan regional yang rencananya akan diselenggarakan antara Desember 2021 dan Februari 2022.
Untuk kawasan Asia-Pasifik, Indonesia memimpin proses koordinasi dan masukan dari Negara-negara di Asia-Pasifik, yang merupakan salah satu wilayah terluas dengan keberagaman terbanyak di dunia.
Asisten Direktur Jenderal Kebudayaan UNESCO Ernesto Ottone mengatakan sebagai upaya memenuhi Tujuan Global Persatuan Bangsa-Bangsa (UNSDGs), UNESCO melibatkan negara-negara anggotanya dan masyarakat internasional untuk memulai sebuah refleksi baru mengenai kebijakan kebudayaan.
“Memasuki Dekade Aksi terakhir, UNESCO melibatkan negara-negara anggotanya dan masyarakat internasional untuk memulai sebuah refleksi baru mengenai kebijakan kebudayaan yang dapat menyelesaikan permasalahan global seperti ketidaksetaraan, konflik, revolusi teknologi atau perubahan iklim,” jelas Ernesto Ottone katanya seperti dikutip dari siaran pers Kemendikbudristek, Rabu (12/1/2022).
Untuk diketahui, dalam empat dekade terakhir, tatanan global termasuk sektor kebudayaan telah berevolusi secara signifikan. Munculnya isu-isu baru yang menjadi pemecah hubungan antarnegara serta berbagai permasalahan global mendorong negara untuk mengadaptasi kebijakan sehingga dapat menjalankan perannya dalam memenuhi kebutuhan masyarakat global.
Sementara itu, pandemi Covid-19 telah menunjukkan adanya kerentanan bersama pada negara-negara ketika diharuskan menghadapi situasi darurat, dan pada saat bersamaan, tetap mempertahankan keberlangsungan sosial dan ekonomi negaranya.
Dalam konteks yang sama, gangguan yang dialami secara luas oleh sektor kebudayaan menunjukkan adanya kebutuhan yang mendesak akan adaptasi dalam sektor tersebut.
Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Anwar Makarim mengatakan Asia-Pasifik merupakan wilayah dengan tingkat keberagaman budaya yang tinggi di mana terdapat 48 negara dengan 17 zona waktu yang berbeda-beda.
“Melalui kolaborasi regional ini, saya yakin kita akan melangkah maju menuju masa depan yang berkelanjutan di mana menggunakan istilah yang digunakan oleh Mr. Ernesto Ottone, manusia dan kebudayaannya diletakkan sebagai inti dari pembangunan,” terangnya.