logo

Kampus

Jujur, Modal Alumni Ilmu Pemerintahan Universitas Brawijaya Mengabdi di Desa

Jujur, Modal Alumni Ilmu Pemerintahan Universitas Brawijaya Mengabdi di Desa
Ida Nurhayati, Sekretaris Desa Kendalkemlagi, Kecamatan Karanggeneng, Kabupaten Lamongan, Jawa Timu, yang juga alumni Prodi Ilmu Pemerintahan UB saat menjadi pembicara pada Kuliah Tamu tentang tata kelola pemerintahan desa dengan tema "Problem Kepimpinan dan hingga Penyusunan Kebijakan Desa" yang diselenggarakan oleh Program Studi Pemerintahan, Senin (7/3/2022). (EDUWARA/Istimewa)
Fathul Muin, Kampus08 Maret, 2022 01:45 WIB

Eduwara.com, MALANG— Jujur merupakan kunci sukses untuk dapat mengabdi menjadi pejabat di desa. Sedangkan kepercayaan dari kolega dan masyarakat akan memudahkan dalam melaksanakan tugas.

Pengalaman mengabdi di desa dengan modal jujur, selain kompetensi keilmuan, dialami  Ainul Yaqin, alumni Program Studi (Prodi) Ilmu Pemerintahan Universitas Brawijaya (UB) Angkatan 2013 dan Ida Nurhayati, alumni Prodi Ilmu Pemerintahan UB Angkatan 2012.

Kisah sukses mengabdi di desa mereka sampaikan saat mengisi Kuliah Tamu tentang Tata Kelola Pemerintahan Desa dengan tema "Problem Kepemimpinan dan hingga Penyusunan Kebijakan Desa" yang diselenggarakan oleh Prodi Ilmu Pemerintahan Universitas Brawijaya, Senin (7/3/2022).

Ainul Yakin, yang saat ini menjadi Kepala Desa Susuk Tengah Kecamatan Sandaran Kabupaten Kutai Timur Provinsi Kalimantan Timur, mengatakan awalnya dia belum terpikir untuk menjadi Kepala Desa. Bahkan dia lebih memilih berkiprah di jalur politik, dengan cara mencalonkan diri sebagai anggota DPRD setempat.

"Saya awalnya calon legislatif di Kutai Timur, tapi gagal. Lalu, pada 2021 ada tawaran untuk maju di pemilihan Kepala Desa Susuk Tengah," ucapnya.

Ainul tidak langsung mengiyakan tawaran itu. Dia memilih berdiskusi dengan guru semasa SMA. "Beliau menyarankan untuk membina di desa dulu. Akhirnya saya yakin maju dan terpilih," ungkapnya.

Tanpa pengalaman di pemerintahan tak membuat Ainul patah arang. Apalagi tantangan bertambah karena Desa Susuk Tengah termasuk desa baru di Kabupaten Kutai Timur.

"Ini desa baru. Sekitar empat tahun dipimpin pelaksana jabatan, baru sekarang saya yang baru 4 bulan ini memimpin. Tugasnya tak mudah, salah satunya menyusun RPJMDes. Meski saya baru tapi yang penting kerja sama dengan perangkat desa yang lain," tuturnya.

Ida Nurhayati yang sekarang dipercaya sebagai Sekretaris Desa Kendalkemlagi, Kecamatan Karanggeneng, Lamongan, punya cerita berbeda. Untuk menjadi Sekretaris Desa, dia harus melalui proses berliku. Salah satunya, berhadapan dengan ketidakterbukaan informasi pada proses seleksi.

"Saya lulus 2017. Kemudian ikut tes CPNS, tapi gagal. Akhir 2017, saya mendengar ada seleksi Sekretaris Desa. Tapi saat keluarga saya tanya ke kepala desa, bilangnya tidak ada," ucapnya.

Tak patah semangat, Ida pun memberanikan diri bertemu langsung kepala desa untuk menanyakan informasi penerimaan tersebut. Usahanya pun membuahkan hasil. "Akhirnya kepala desa meminta maaf dan kemudian seleksinya dibuka untuk umum. Saya ikut tes Februari 2018 dan Maret sudah jadi Sekretaris Desa," ucapnya.

Empat tahun menjadi Sekretaris Desa, cukup membuat Ida belajar bagaimana mengelola pemerintahan desa. "Kalau khusus untuk Sekdes, tugasnya soal verifikator saja. Seluruh administrasi di desa yang memverifikasi adalah Sekdes, mulai peraturan hingga data yang lain," tuturnya.

Kepada mahasiswa Prodi Ilmu Pemerintahan Universitas Brawijaya saat ini, mereka berdua sepakat saat masuk ke pemerintahan modal pertama adalah jujur. "Modal utama adalah jujur. Seperti minum jamu pertama biasanya pahit tapi setelahnya akan biasa. Ikuti juga kegiatan organisasi saat di kampus sebab ini akan mengasah soft skill, salah satunya lobi. Sebab lobi ini ketika sudah terjun langsung di lingkungan pemerintahan akan sangat berpengaruh," katanya.

 

Read Next