logo

Kampus

Kaji Komunikasi Masyarakat Modern, Hermin Jadi Guru Besar UGM

Kaji Komunikasi Masyarakat Modern, Hermin Jadi Guru Besar UGM
Hermin Indah Wahyuni saat dikukuhkan sebagai Guru Besar bidang Ilmu Komunikasi UGM (Eduwara/Humas UGM)
Setyono, Kampus09 November, 2021 18:19 WIB

Eduwara.com,JOGJA--Hermin Indah Wahyuni dikukuhkan sebagai Guru Besar bidang Ilmu Komunikasi Universitas Gadjah Mada, Selasa (9/11). Hermin resmi menjadi bagian dari 16 guru besar aktif di FISIPOL serta satu dari 350 guru besar aktif UGM saat ini.

Dalam disertasi yang kemudian menjadi judul pidatonya, Komunikasi Autopoiesis sebagai Energi Adaptasi Sistem Sosial: Respon, Resonansi, (R)Evolusi, Hermin mengkaji mendalam gigantis dan kompleksnya problem komunikasi masyarakat modern.

"Saya mengkaji sebuah potret masyarakat yang ditandai oleh karakter yang khas dengan struktur horizontal dan intensnya relasi yang terfasilitasi oleh teknologi informasi komunikasi," katanya dalam keterangan tertulis yang diterima Eduwara.com.

Pengajar di Departemen Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, sekaligus Kepala Pusat Studi Sosial Asia Tenggara UGM itu melihat dalam berkomunikasi, saat ini masyarakat modern mengalami autopoiesis.

."Autopoiesis adalah istilah dalam ilmu biologi yang menggambarkan sistem dengan ciri self-referential, berorientasi pada dirinya sendiri," jelasnya.

Dalam sistem komunikasi autopoiesis, komunikasi yang dibangun berorientasi pada elemen-elemen dirinya sendiri, berbasis kebutuhan dirinya dan mengembangkan sistem untuk merespons problemnya sendiri.

Media Baru

Dalam pendapatnya, Hermin menyatakan komunikasi adalah penentu yang akan mendorong secara efektif bangunan response system. Semakin masyarakat memiliki kualitas komunikasi yang baik, mereka akan sampai pada cara merespons problem-problem masyarakat yang kedepannya pasti akan semakin kompleks.

 "Beberapa dinamika komunikasi dan informasi paling akhir dalam masyarakat menuntut refleksi sistemik yang saling tergantung dan terhubung, bukan tawaran penyelesaian tunggal," ujarnya.

Lewat sistem ini, masyarakat kontemporer tidak lagi merepresentasikan sistem-sistem sosial yang klasik, tetapi membawa dalam dirinya kode yang tak terbayangkan sebelumnya.

Kehadiran media baru, yang awalnya menjanjikan komunikasi yang bebas dari belenggu negara dan pasar. Kenyataan justru terbajak oleh kepentingan ekonomi politik para aktor yang tak mudah dikendalikan.

Di level nasional, penataan ekonomi politik ini yang tampaknya hanya didorong oleh motif bisnis semata secara pasti akan membuat sistem sosial kita pelan tapi pasti lumpuh bersama-sama.

Media massa Indonesia mungkin telah berhasil menjadi media dengan jangkauan luar biasa (disseminating media-verbreitung medien). Tetapi belum dapat dikatakan sebagai media yang sukses mendorong perubahan menuju kondisi yang lebih baik (success media-erfolg medien).

"Sekarang masyarakat butuh gizi penyeimbang melalui hadirnya komunikasi yang mencerdaskan serta menghadirkan alternatif yang lebih segar," ungkapnya.

Lewat komunikasi pulalah, Hermin mengajak untuk berautopoesis dan beresonansi dengan menghidupkan narasi-narasi yang "smart" dan mencerdaskan tentang banyak problem dalam masyarakat Indonesia yang terus berevolusi ataupun berevolusi untuk kehidupan yang lebih baik.

"Kerisauan, refleksi, dan gagasan semoga memberikan perspektif dan membuka ruang-ruang diskusi yang lebih luas. Tidak hanya mengenai problem-problem komunikasi, tetapi juga problem-problem sosial yang dihadapi bersama saat ini dan mendatang," ucapnya.

Editor: Adnyana

Read Next