Bagikan:
Bagikan:
Eduwara.com, DEPOK -- Permasalahan pengelolaan air tidak dapat dipandang remeh. Setidaknya terdapat tantangan dalam pengelolaan air, di antaranya pengelolaan air hujan dan adaptasi terhadap perubahan iklim, meningkatkan pemanfaatan Energi Baru Terbarukan (EBT) dan mendorong penggunaan energi semakin efisien, dan perhatian terhadap emerging kontaminan.
Demikian hal ini diungkap oleh Guru Besar Tetap bidang Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Indonesia (FTUI) Prof Dr Ir Setyo Sarwanto Mursidik DEA dalam pidato pengukuhan guru besar yang berjudul “Lintas Batas Sains Air dan Tantangan Inovasi Teknologi”.
Hal yang tak kalah penting, kata Setyo, adalah kepatuhan pada undang-undang karena hal ini bermuara pada tata kelola air, serta pembiayaan infrastruktur yang disediakan.
Dari tantangan yang dihadapi tersebut, Setyo mencoba menguraikan tujuh solusi, yaitu meliputi emerging technology pengolahan yang digunakan, pengendalian sumber polusi dan perubahan perilaku, penghijauan kota dan solusi berbasis daerah tangkapan yang merupakan prinsip alami yang diterapkan melalui Ruang Terbuka Hijau (RTH) dan konsep bioswole, pengolahan limbah terkonsentrasi dan instalasi lebih hemat energi.
“Sedangkan solusi yang kelima adalah pendekatan inovasi untuk penyediaan pengolahan air limbah pedesaan melalui pendekatan teknologi alami seperti wetland,” kata Setyo dalam siaran pers yang dikirimkan kepada redaksi Eduwara.com, Senin (15/11/2021).
Solusi keenam, kata dia adalah pembiayaan berkelanjutan mencakup investasi infrastruktur, dan terakhir dengan mengaktifkan ekonomi sirkular pada setiap pemanfaatan timbulan yang memiliki nilai tambah secara ekonomi.
“Sebenarnya ada beberapa inovasi guna menjawab permasalahan air berdasarkan penelitian tesis dan disertasi di bawah bimbingan saya,” kata Setyo.
Inovasi Penanganan Permasalahan Air
Inovasi penanganan permasalahan air tersebut di antaranya adalah rumah pintar & IoT yang dapat mencegah bencana terkait air, memantau penggunaan air setiap hari, dan penggunaan detektor kebocoran air pintar berbasis internet.
Inovasi kedua adalah Internet of Nature (IoN), komponen ekosistem perkotaan dan dinamika keterkaitannya digambarkan dan direpresentasikan melalui teknologi dan aplikasi digital.
“Inovasi ketiga adalah daur ulang air terdesentralisasi untuk aplikasi skala kecil/terbatas. Sedangkan inovasi keempat adalah pembangkitan air atmosfer (Atmosferic Water Generator). Kemudian, mengumpulkan dan memanen hujan, desalinasi bertenaga surya, infrastruktur biru-hijau, dan inovasi air berbasis kegiatan pertambangan,” papar Setyo.
Lebih lanjut dikatakan Setyo, diperlukan pengelolaan sumber daya air yang terpadu dengan pendekatan multidisiplin ilmu pengelolaan air yang holistik melalui organisasi dan tata kelola yang berkelanjutan. Selain itu, diperlukan juga dimensi teknis dan inovasi yang selalu diperbarui yang dapat diwujudkan melalui kerja sama riset dan pengembangan para pihak terkait.
Prof Dr Ir Setyo bergabung sebagai dosen FTUI sejak tahun 1985 hingga sekarang. Dia menyelesaikan gelar Insinyur Teknik Penyehatan/Teknik Lingkungan di ITB Bandung (1983). Kemudian pada tahun 1988, dia melanjutkan Diplome d’Études Approfondies, d’Hydrologie Science de l’Eau et Amenagement, di Universite de Montpellier II France.
Pada tahun 1992, dia meraih gelar Diplome Docteur d’Hydrologie dari Universite de Montpellier I France. Tercatat 73 publikasi ilmiahnya yang terindeks Scopus selama tahun 2017-2021 dengan publikasi terbaru berjudul “Comparative Phosphorus Removal Efficiency from Municipal Wastewater Using Acid Mine Drainage Sludge and Its H2O2Activated form As Adsorbents”. Bhakti