logo

Sekolah Kita

KKO Jadi Investasi Atlet Kota Solo

KKO Jadi Investasi Atlet Kota Solo
Pelaksanaan tes fisik Multistage Fitness Test (MFT) atau Bleep Tes PPDB Kota Solo jalur Kelas Khusus Olahraga (KKO), Kamis (9/6/2022). (EDUWARA/K. Setia Widodo)
Redaksi, Sekolah Kita10 Juni, 2022 20:17 WIB

Eduwara.com, SOLO – Jalur Kelas Khusus Olahraga (KKO), dalam Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) Kota Solo, dinilai menjadi investasi atlet masa depan Kota Bengawan. Pembinaan sejak dini kepada para siswa nantinya akan "dipanen" ketika mereka memasuki usia emas.

Hal tersebut disampaikan Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kemahasiswaan FKOR UNS Solo, Rony Syaifullah, kepada Eduwara.com, Kamis (9/6/2022) di sela-sela seleksi tes fisik umum PPDB Jalur KKO 2022.

"Harapannya pemilihan talenta-talenta di awal atau usia masuk SMP ini mereka sudah terarah. Dengan pendekatan sport science, mereka dites, bakatnya betul-betul di cabang olahraga apa," jelas dia.

Roni menambahkan, ketika hasil tes selesai dianalisis dan diketahui cabang olahraga yang sesuai minat bakat masing-masing, proses pembinaan akan lebih efektif dan efisien. Berbeda jika hanya latihan secara terus-menerus tanpa mengetahui bakat minatnya.

PPDB jalur KKO sudah menggunakan  pendekatan sport science dengan sport search, yaitu aplikasi untuk mencari talenta yang sesuai dengan keberbakatannya. Sehingga perlu pembinaan secara berkesinambungan dan pada usia yang diharapkan mereka benar-benar menjadi atlet andalan Kota Solo.

Roni menilai, sejak SD seharusnya para siswa menerima gerak multilateral atau menyeluruh.

"Jadi cabang olahraga apapun bisa. Ketika mau masuk SMP, baru dites cabang olahraga apa yang menjadi minat dan bakat sesungguhnya. Setelah diketahui, tentunya pembinaan akan dilakukan secara spesifik," ujar dia.

Ibaratnya, sambung Roni, mulai dari kemampuan gerak dasar halus maupun kasar, jika sudah dites dan muncul hasilnya maka pembinaan betul-betul efektif dan efisien tanpa membuang-buang waktu dan anggaran.

Menurut dia, ada dua risiko jika dalam melakukan pembinaan tanpa mengetahui bakat dan minat yang sesungguhnya. Pertama, kebetulan memang menjadi kesenangan dalam arti minat dan bakat sehingga bisa berprestasi. Kedua, karena tidak menjadi minat dan bakat jadinya dipaksakan.

"Artinya, ketika di usia yang diharapkan agar bisa berprestasi malah tidak berprestasi," pungkas dia. (K. Setia Widodo)

Read Next