logo

Kampus

Lebaran di AS, Thailand, dan UEA, Pengalaman Civitas Akademika UMM

Lebaran di AS, Thailand, dan UEA, Pengalaman Civitas Akademika UMM
Lutfiana Sausan, civitas akademika UMM di depan Masjid Sheikh Zayed UEA pada salat Id, Senin (2/5/2022) lalu. (EDUWARA/Istimewa)
Fathul Muin, Kampus10 Mei, 2022 22:34 WIB

Eduwara.com, MALANG — Nuansa dan pengalaman berlebaran di negeri rantau tidak sama bila dibandingkan dengan saat berlebaran di negeri sendiri, apalagi di kampung halaman. 

Pengalaman civitas  akademika Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) berlebaran di AS diwarnai dengan "berburu" kuliner nusantara. Sedangkan yang berlebaran di Thailand terasa hambar. Sementara di UEA merasakan pengalaman unik salat Idulfitri di Masjid Sheikh Zayed.

Bayu Dharmala yang tengah tugas belajar S2 di The University of Arizona, Amerika Serikat, mengatakan suasana Idulfitri Amerika Serikat cukup berbeda dibandingkan dengan di kampung halamannya. Di Amerika, kultur saling memaafkan, bersalam-salaman atau sungkeman tidak begitu terlihat.

"Setelah salat Id, saya sama sekali tidak melihat orang saling bersalaman layaknya apa yang ada di Indonesia. Di rumah salah satu senior juga tidak terlihat ada yang melakukan prosesi sungkeman," tuturnya, Selasa (10/5/2022).

Bayu mengatakan bahwa ia dan delapan teman lainnya melaksanakan salat Idulfitri di Tucson Convention Centre. Tempat itu biasanya digunakan untuk acara konser, pesta dan lainnya. 

Mereka juga tidak bisa mengunjungi Konsulat Jenderal Indonesia terdekat karena jarak yang cukup jauh dari Arizona. Lokasi Konsulat Jenderal Indonesia berada di Los Angeles yang memakan waktu paling tidak 10 jam dari tempat tinggalnya, Arizona.

Namun Bayu merasa beruntung karena ada salah satu ibu asal Indonesia yang mengundangnya datang ke rumah. Tidak hanya Bayu, tapi juga orang-orang Indonesia lain yang merayakan Lebaran juga diundangnya. Beragam makanan dihidangkan seperti sate, rendang, lontong hingga opor.

"Alhamdulillah banget bisa datang ke rumah Bu Fatimah. Biasa kami memanggilnya ‘Bu Lurah’. Banyak makanan, banyak cerita pengalaman yang membuat suasana di sini jadi serasa di rumah," ungkapnya.

Masjid Sheik Zayed

Di Uni Emirat Arab (UEA), ada kisah Lutfiana Sausan yang sedang menimba ilmu dan pengetahuan. Meski dirinya dan teman-temannya berangkat menuju masjid sejak pukul 05.00, nyatanya gerbang masjid Sheikh Zayed sudah ditutup. Bahkan sudah dipenuhi oleh ratusan jamaah. Padahal salat Idulfitri baru akan dimulai sekitar pukul 07.00. 

"Jadi kami harus rela untuk beribadah di luar pagar. Sedikit kecewa sih, tapi ini menjadi pengalaman luar negeri yang menarik bagi saya," tuturnya.

Usai salat, Lutfi, begitu ia disapa, tidak berangkat menuju Kedutaan Indonesia. Kebetulan dirinya diundang untuk menyantap makanan khas Lebaran di salah satu saudara temannya yang tidak jauh dari lokasi salat.

Opor ayam dan lontong tentu menjadi target makanan yang langsung ia santap karena memang Lutfi jarang makan makanan Indonesia yang kaya akan rempah.

Sayangnya, dia tidak sempat bercengkerama dengan mahasiswa asing muslim lainnya karena kebanyakan dari mereka lebih suka mengunjungi mall usai salat, sementara ia lebih memilih untuk mengunjungi saudara temannya.

"Meski begitu, kami tetap saling bertukar pesan mengucapkan selamat Idulfitri sebagai sesama saudara muslim," ucapnya.

Lutfi juga tidak lupa menghubungi keluarga yang ada di tanah air. Menariknya, ia tidak bisa menggunakan Whatsapp untuk melakukan video call. Ada aplikasi khusus bernama BOTIM yang harus digunakan. Dengan begitu ia baru bisa melihat wajah dan keadaan orang yang ditelepon.

"Saya tentu berdoa agar teman-teman yang bermimpi untuk menimba ilmu di negeri lain dapat terus menjaga asa. Keluh kesah pasti ada, tapi percayalah ada akhir yang cerah di ujung jalan nanti," tegas Lutfi.

Adapula Ahda Mutiari Hifdhi yang menjalani program pertukaran pelajar di Thailand. Dia menilai salat Idulfitri tidak seramai dan sepagi di Indonesia. Banyak tempat kosong yang tersedia, salat Id juga dimulai pukul 08.00i. Berbeda dengan Indonesia yang biasanya dimulai pukul 07.00 bahkan 06.00.

"Saya salatnya di Central Mosque Songkhla. Rasanya tidak seperti hari raya karena memang jarang sekali dengar takbir. Bahkan tidak kedengaran sama sekali. Tapi alhamdulillah euforia Idulfitri mulai terasa ketika sampai di halaman masjid," jelasnya.

Ahda, sapaan akrabnya, mendapatkan kesempatan belajar di Negeri Gajah Putih Thailand berkat beasiswa Indonesian International Student Mobility Award (IISMA) dari pemerintah. Dia menimba ilmu di salah satu kampus luar negeri selama satu semester di Songkla University Hat Yai Campus.

Read Next