Eduwara.com, DEPOK - Halal bihalal merupakan salah satu kekayaan budaya Indonesia yang menjadi jembatan sosial bagi warga untuk merajut komunikasi dan silaturahmi, termasuk merajut tali persaudaraan. 

Hal tersebut diungkap Wakil Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Zulfa Mustofa dalam tausiyahnya di acara halal bihalal yang diadakan secara virtual oleh Universitas Indonesia (UI), Senin (9/5/2022) mengusung tema “Idulfitri 1443 H sebagai Momentum Merajut Silaturahmi, Mempererat Persaudaraan dalam Harmoni Kebinekaan dan Kebangsaan”.

Diungkap Zulfa, pada momen Idulfitri semua orang berkumpul tanpa melihat latar belakang agama, ras, suku, dan etnis. Tradisi inilah, menurutnya, yang membuat Indonesia tetap utuh meski penuh kebhinekaan dan keragaman.

• Ikut Antisipasi Kemacetan Arus Balik, Jabar Tetapkan Masuk Sekolah Mulai 12 Mei
• Anda Pelaku Budaya, Guru atau Siswa? Yuk Manfaatkan Beasiswa dari Kemendikbudristek-LPDP!
• Sekolah di Solo Mulai Pembelajaran Pada 9 Mei

Kunci keutuhan dan kekuatan NKRI, lanjut Zulfa adalah silaturahmi. Sedangkan kunci beragama adalah akhlak karena agama datang untuk menyempurnakan akhlak manusia. 

Akhlak yang baik meliputi akhlak manusia kepada Allah (habluminallah) dan akhlak manusia kepada sesamanya (habluminannas).

“Pada bulan Ramadan, manusia diajarkan berakhlak baik kepada Allah dengan beribadah dan berpuasa untuk meningkatkan spiritualitas. Sementara itu, pada bulan Syawal, manusia diajarkan berakhlak baik kepada manusia dengan cara saling memaafkan dan menyayangi. Mukmin yang unggul adalah yang bisa menjalankan keduanya,” papar Zulfa.

KH Zulfa mengutip syair dari Imam Al Busti, bahwa jika ingin mengetahui ukuran keagamaan, kesalehan, dan kemanusiaan seseorang, lihatlah bagaimana akhlaknya. 

“Berusahalah Anda menyempurnakan akhlak karena sesungguhnya dirimu dihormati karena akhlak, bukan karena fisik, harta, ataupun jabatan,” kata Zulfa.

Menurut dia, ada orang yang dihormati saat memiliki jabatan dan harta. Ketika orang tersebut kehilangan harta dan jabatannya, ia ditinggalkan. Ini menunjukkan, jika seseorang menonjolkan gelar dan hartanya, ketika keduanya hilang, lenyap juga kehormatannya.

“Semua agama mengajarkan akhlak baik. Kita harus jujur, siapa pun dia, ketika berakhlak baik, berarti dia baik. Selama ini kita masih terbawa pada fanatisme sempit dan fanatisme golongan sehingga mata hati kita tertutup. Kita tidak bisa melihat kebaikan maupun kebenaran yang ada pada orang lain. Yang berbahaya adalah ketika kita mudah mengafirkan orang lain, bahkan kepada sesama muslim,” tegas KH Zulfa.

Perbedaan

Lebih lanjut dipaparkan Zulfa, perbedaan dalam masyarakat sering dianggap sebagai pembeda antargolongan, misalnya antara Islam dan Kristen ada perbedaan akidah. Padahal, ada ajaran-ajaran yang bersifat universal pada keduannya, seperti bersikap adil dan berlaku baik. 

Dalam kelompok Islam, Nahdatul Ulama, dan Muhammadiyah juga memiliki perbedaan dalam beberapa hal, contohnya qunut dalam salat subuh dan jumlah rakaat dalam salat tarawih. Akan tetapi, meski ada perbedaan, keduanya tetaplah saudara. 

KH Zulfa juga mengimbau agar sesama manusia saling membantu dan berbuat baik tanpa memadang latar belakang mereka. 

• Cegah Penularan Hepatitis Akut, Orang Tua Diimbau Lindungi Saluran Pencernaan dan Pernapasan Anak.
• Kiat Selesaikan Sengketa Lewat Mediasi ala Dosen UMM
• Lewat Kampus Mengajar, Mahasiswa Tiga Kampus Yogyakarta Bawa SD di Bangka Berprestasi

“Sebelum menerima ilmu, seseorang harus membersihkan hatinya sebagai wadah agar ilmu tersebut bisa bermanfaat bagi orang lain. Ibadah yang dilakukan seseorang tidak hanya terbatas secara fisik, tetapi harus direnungi dalam jiwa,” ujar Zulfa.

Rektor Universitas Indonesia (UI) Ari Kuncoro menyampaikan ucapan selamat Idulfitri 1443 H. Keluarga besar UI diharapkan dapat terus mempererat silaturahmi, bersinergi meski berasal dari beragam budaya, dan selalu menjaga marwah UI. 

“Semoga kita termasuk dalam orang-orang yang mencapai kemenangan dalam beribadah,” ujar Ari.

Acara halal bihalal tersebut dilanjutkan dengan pembacaan doa oleh Ketua Pelaksana Masjid Ukhuwah Islamiyah Achmad Solechan dan ditutup dengan ucapan Idulfitri dari dekan dan staf seluruh fakultas di UI.