logo

Gagasan

Lewat Program WILMA, 33 Naskah Kuno di Yogyakarta Sukses Didigitalisasi

26 Mei, 2023 20:35 WIB
Lewat Program WILMA, 33 Naskah Kuno di Yogyakarta Sukses Didigitalisasi
Proses digitaliasasi 33 naskah kuno yang berisikan 8 ribu halaman, berhasil dilakukan lewat Wikisource Loves Manuscripts (WILMA). Ke-33 naskah kuno tersebut tersebar di empat Kota/Kabupaten di Yogyakarta. (EDUWARA/Dok. Komunitas Jangkah)

Eduwara.com, JOGJA – Berlangsung sepanjang Mei 2023, program Wikisource Loves Manuscripts (WILMA) berhasil melakukan digitalisasi 33 naskah kuno yang tersebar di empat Kota/Kabupaten di Yogyakarta. Tercatat sebanyak 8.000 lembar naskah bisa diakses publik secara online.

Wikisource Loves Manuscripts (WILMA) merupakan program yang diinisiasi Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Wikimedia Foundation. Proses digitalisasi dilakukan sejak 4 sampai 31 Mei 2023 dengan menggandeng Komunitas Jangkah Nusantara, wadah muda-mudi Yogyakarta yang fokus pada pelestarian dan pemanfaatan naskah kuno.

Ketua Komunitas Jangkah Nusantara, M Bagus Febriyanto, mengatakan kegiatan ini bertujuan menjaga, memulihkan, dan menghadirkan manuskrip dalam bentuk digital.

"Ada sekitar 30-an manuskrip yang dipreservasi dan didigitalkan, yang melibatkan serangkaian langkah penting serta ahli. Manuskrip terdiri dari naskah Al-Qur'an, naskah gending, dan naskah-naskah Jawa lainya," jelas Bagus Febriyanto, Jumat (26/5/2023).

Seluruh naskah-naskah yang didigatilisasi, lanjut Bagus, memiliki nilai intelektual dan sejarah yang luar biasa, dan telah memberikan kontribusi penting dalam memperkaya pengetahuan manusia.

Dari lima titik yang tersebar di Kota Yogyakarta, Bantul, Gunungkidul, dan Sleman, misi WILMA dimulai dari Bantul yaitu naskah-naskah koleksi Museum Wayang Beber Sekartaji yang dikelola oleh Indra Suroinggeno.  Ada 10 naskah di Museum Wayang Beber Sekartaji yang terdiri dari tujuh koleksi lontar dan tiga manuskrip bermaterial kertas Eropa yang didigitalisasi.

Kemudian WILMA menuju titik kedua di Kota Yogyakarta dengan mendigitalkan delapan buah naskah notasi seni karawitan karya empu gending Yogyakarta, yaitu KRT Wiroguno.

"Naskah-naskah itu tersimpan dan menjadi koleksi Pusat Kajian Arsip dan Dokumen Seni KRT Wiroguno di kompleks nDalem Kaneman," kata Bagus.

Misi ketiga di Program Studi Bahasa, Sastra, dan Budaya Fakultas Ilmu Budaya (FIB) UGM yang telah mendigitalkan delapan buah naskah. Empat di antaranya ditulis di atas lontar dan empat buah naskah lainnya bermaterial kertas.

Tim digitalisasi dan dokumentasi, mendigitalisasi manuskrip-manuskrip dengan menggunakan teknologi canggih. Proses digitalisasi ini akan menciptakan salinan elektronik yang akurat dan tahan lama, sehingga memungkinkan akses yang lebih mudah dan meminimalkan risiko kerusakan fisik manuskrip. (EDUWARA/Dok. Komunitas Jangkah)

Pemeliharaan Manuskrip

Usai dari UGM, misi WILMA yang keempat adalah mendigitalisasi naskah-naskah milik masyarakat Gunungkidul. Pada pelaksanaan misi di Gunungkidul, tim lapangan yang digawangi Komunitas Jangkah Nusantara bekerja sama dengan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Gunungkidul.

Naskah koleksi masyarakat Gunungkidul yang berhasil didigitalisasi ada empat buah, tiga di antaranya berasal dari daerah Nglipar milik Sakiyo dan satu naskah dari Paliyan milik Sutoyo.

Misi WILMA yang pamungkas ada di wilayah Sleman. Ada tiga naskah yang didigitalkan dari koleksi pribadi Sinarendra yang merupakan seorang guru dan pegiat aksara Jawa.

"Dengan demikian misi WILMA di DIY telah berhasil mendigitalkan 33 naskah dengan total lebih dari 8.000-an halaman," kata Bagus.

Dalam proses pengerjaannya, tim digitalisasi terbagi dalam tim ahli konservasi fisik akan melakukan perawatan fisik untuk memulihkan kondisi manuskrip, seperti membersihkan, mereparasi, dan melindungi material manuskrip agar tetap awet dan terjaga.

Tim katalogisasi melakukan pendataan bahan pustaka seperti: penentuan judul, pengarang, subjek, dan atribut lain yang relevan dari suatu bahan pustaka agar dapat diakses dan ditemukan dengan mudah," jelasnya.

Tim digitalisasi dan dokumentasi, mendigitalisasi manuskrip-manuskrip dengan menggunakan teknologi canggih. Proses digitalisasi ini akan menciptakan salinan elektronik yang akurat dan tahan lama, sehingga memungkinkan akses yang lebih mudah dan meminimalkan risiko kerusakan fisik manuskrip.

"Kami mengundang seluruh masyarakat yang tertarik dan peduli terhadap pelestarian warisan budaya untuk bergabung dengan kami dalam kegiatan pemeliharaan manuskrip. Dengan dukungan dan partisipasi Anda, kami dapat menjaga kas kaya atau kekayaan intelektual ini agar tetap hidup dan dapat diwariskan kepada generasi mendatang," imbuhnya.

Naskah-naskah yang telah didigitalisasi akan diunggah ke situs Wikimedia Commons, yaitu repository berkas multimedia yang bebas dan terbuka. Nantinya, diharapkan siapapun dapat memanfaatkan hasil digitalisasi manuskrip dari Yogyakarta ini.

Selain disimpan secara online, naskah-naskah yang telah diunggah tersebut dapat dimanfaatkan sebagai korpus dataset untuk pengembangan Optical Character Recognition (OCR) berbasis intelegensi buatan (artificial intelegent). Tujuannya yaitu untuk membantu mempercepat proses pembacaan naskah ke dalam format karakter digital di masa yang akan datang.

Ilham Nurwansah, Wikimedia in Residence yang merupakan motor program ini menyebutkan kegiatan ini merupakan rangkaian panjang preservasi naskah melalui metode digitalisasi ke dalam format baru dengan pendekatan urun daya komunitas.

"Program digitalisasi naskah umumnya selesai pada tahap pengunggahan atau penyediaan gambar secara online. Wikisource Loves Manuscripts mengolah secara langsung hasil digitalisasi melalui proses transkripsi aksara secara online dan terstruktur," jelasnya.

Dirinya berharap masyarakat dan komunitas terlibat langsung untuk urun daya mengolah hasil digitalisasi manuskrip, serta merawat warisan budaya dengan cara yang lebih kekinian sehingga hasilnya dapat digunakan sebagai bahan awak pengembangan analisis naskah berbasis kecerdasan buatan.

Read Next