Bagikan:
Bagikan:
Eduwara.com, JOGJA – Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) berharap profil 688 lulusan Pendidikan Profesi Guru (PPG) memiliki konsep kuat mengenai pembelajaran reflektif dan berdiferensiasi. Kedua konsep ini dinilai menjadi pondasi kuat bagi pengajar di era 4.0 ini karena mampu memfasilitasi perkembangan anak didik sesuai bakat dan minat.
"Seorang guru yang profesional adalah mereka yang menguasai materi ajar berkarakter dan berkepribadian Indonesia. Keberadaan mereka menginspirasi dan menjadi tauladan, memiliki penampilan mempesona, berwibawa, tegas, ikhlas, dan disiplin yang mendidik," jelas Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (Dirjen GTK) Kemendibudristek, Dinn Wahyudin, di Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Kamis (6/7/2023).
Hal ini disampaikan Wahyudin pada Kuliah Umum Penguatan Pendidikan Profesi Guru UNY, di Performance Hall Fakultas Bahasa Seni dan Budaya (FBSB) UNY. Kegiatan ini sepenuhnya diikuti mahasiswa PPG Prajabatan Gelombang 2 sebanyak 688 mahasiswa dari 13 bidang studi.
Wahyudin mengatakan para guru yang baik pada era mendatang adalah mereka yang mampu membelajarkan, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik sesuai dengan tuntutan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi terkini dan masa depan.
"Prinsip pembelajarannya mengedepankan inkuiri dan kebiasaan berefleksi, dirancang secara terintegrasi dan relevan antara di kampus, di sekolah, dan di masyarakat serta menggunakan teknologi digital," ucapnya.
Pembelajaran Berdiferensiasi
Menurut Guru Besar Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung ini, pembelajaran reflektif menjadi ruh dalam PPG Prajabatan. Pembelajaran reflektif adalah pembelajaran sepanjang hayat, berkomitmen, berkompeten dan mengamalkan nilai Pancasila.
Kemudian konsep pembelajaran berdiferensiasi yang tengah marak yaitu pembelajaran yang menyesuaikan dengan semua kebutuhan belajar siswa. Pembelajaran bervariasi berdasarkan minat, preferensi, kekuatan, dan perjuangan siswa dengan tokohnya Carol Ann Tomlinson.
"Pembelajaran berdiferensiasi bertujuan membantu peserta didik tumbuh semaksimal mungkin sesuai kemampuannya, membantu untuk memaknai pertumbuhan mereka sendiri sekaligus memfasilitasi untuk berkembang sesuai dengan bakat dan minatnya," ungkapnya.
Pembelajaran berdiferensiasi memerlukan strategi seperti kegiatan berjenjang, pembuatan agenda individual dan pertanyaan pemandu untuk mendorong murid mengeksplorasi berbagai materi.
Sehingga, para guru diharapkan mampu mengembangkan kegiatan bervariasi yang mengakomodasi beragam gaya belajar visual, auditori dan kinestetik perlu memvariasikan lama waktu yang murid dapat ambil untuk menyelesaikan tugas.
Sebagai langkap awal pembelajaran berdiferensiasi, setiap tenaga pendidikan diharuskan melakukan pengelompokan yang fleksibel yang sesuai dengan kesiapan, kemampuan dan minat.
"Yang tidak kalah penting adalah memetakan kebutuhan belajar siswa, di antaranya kesiapan belajar, minat serta profil belajar siswa," ucapnya.
Wahyudin juga menekankan dalam proses pembelajaran, guru perlu membekali diri dengan pengetahuan dan keterampilan dasar berbasis literasi 4.0 yang sangat diperlukan pada masa depan seperti literasi humanitas, literasi keagamaan, literasi teknologi, literasi digital dan literasi data.
Direktur Direktorat Pendidikan Profesi dan Kompetensi UNY Erwin Setyo Kriswanto menambahkan, kuliah umum ini untuk memberikan pembekalan dan wawasan kepada mahasiswa tentang penyiapan guru profesional yang unggul, kreatif dan inovatif berkelanjutandan.
"Kami menuntut para calon tenaga pendidikan ini sepenuhnya memberikan implementasi diferensiatif learning di era disrupsi dalam rangka penyiapan generasi emas Indonesia" kata Erwin.
Pada hari yang sama juga diselenggarakan gelar produk yang menampilkan karya mahasiswa PPG Prajabatan Gelombang 1 dari mata kuliah proyek kepemimpinan yang berjumlah 21 stand.