logo

Kampus

Mantan Mendiknas Ingin Kampus Indonesia tak Mengidap Stunting

Mantan Mendiknas Ingin Kampus Indonesia tak Mengidap Stunting
Mantan Menteri Pendidikan Nasional Muhammad Nuh dalam kegiatan yang diselenggarakan SEVIMA, belum lama ini. (EDUWARA/Dok. SEVIMA)
Setyono, Kampus13 Juni, 2022 22:47 WIB

Eduwara.com, JOGJA – Mantan Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) Muhammad Nuh berharap ribuan kampus yang ada di Indonesia tidak menjadi kampus-kampus yang mengalami stunting atau kuntet.

"Kampus harus terus meningkatkan diri dan jumlah mahasiswa. Jangan sampai, kampus 'hidup enggan mati pun tak mau'. Karena, masyarakat Indonesia yang butuh berkuliah jumlahnya juga tak sedikit," katanya dalam rilis yang dilansir SEVIMA, Senin (13/6/2022).

Saat ini, Indonesia memiliki 4.500 perguruan tinggi yang dimasukkan dalam tiga kategori. Pertama, kampus yang baru didirikan langsung bertemu ajalnya. Kedua, kampus stunting yang hidup enggan mati tak mau. Ketiga, kampus yang berkembang.

Mantan Ketua Dewan Pers ini berharap perguruan tinggi terus berkembang dan bisa mencerdaskan kehidupan bangsa. Terlebih lagi Angka Partisipasi Kasar (jumlah anak Indonesia yang berkuliah) baru 30 persen. Artinya, masih jutaan masyarakat belum berkesempatan kuliah.

"Agar kampus bisa terus meningkatkan kualitas dan memiliki jumlah mahasiswa sesuai target maka ada tiga langkah yang harus dilakukan. Bangun image kampus, tonjolkan keunikan kampus, dan tidak terfokus pada banyak-banyakan mahasiswa," tegasnya.

Bagi Muhammad Nuh yang juga mengelola kampus swasta, yaitu di Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya, dalam berkompetisi, kampus dan mahasiswa tak harus menjadi yang terbaik di semua bidang.

"Tapi kampus bisa memiliki spesialisasi di bidang tertentu. Kampus juga tidak perlu membeda-bedakan status negeri dan swasta. Karena semua itu ada pasarnya masing-masing," tambahnya.

Product Manager SEVIMA Pranatha mengajak perguruan tinggi agar memberikan sebuah pelayanan terbaik pada mahasiswa dan masyarakat, sehingga dapat membuat image yang positif bagi perguruan tinggi.

"Salah satu layanan tersebut adalah menyederhanakan administrasi pendaftaran mahasiswa dengan pelayanan One Day Service (layanan satu hari) dan Sistem Akademik berbasis awan (Siakad Cloud) yang telah tersedia di internet," jelasnya.

Kedua hal ini memungkinkan kampus menggelar seluruh administrasi pendaftaran mahasiswa hanya dalam waktu satu hari. Misalnya, pengisian formulir pendaftaran secara online, ujian masuk berbasis komputer, seleksi wawancara melalui video conference, hingga pengumuman secara online.

Read Next