logo

Sains

Menakar Wacana Pemanfaatan Energi Nuklir di Indonesia

Menakar Wacana Pemanfaatan Energi Nuklir di Indonesia
Ilustrasi Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (kabar-energi.com)
Bunga NurSY, Sains17 November, 2021 08:38 WIB

Eduwara.com, JAKARTA - Pemerintah Indonesia tengah serius mewujudkan komitmen nol emisi karbon atau net zero emission (NZE) pada 2060  dan mewacanakan pula pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) pertama yang direncanakan beroperasi secara komersial (commercial operation date/COD) pada 2045. 

Lantas sejauh mana kesiapan Indonesia menyongsong era nuklir di masa depan dan sejauh mana pula pemanfaatan energi nuklir untuk mendukung pencapaian target net zero emission tersebut? 

Kepala Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN) Laksana Tri Handoko mengatakan bahwa dalam skenario umum transisi energi di Indonesia, saat ini sebesar 75% emisi yang dihasilkan berasal dari penggunaan energi fosil.

“Skenario transisi energi menuju NZE ke depan bertumpu pada pembangkitan listrik energi terbarukan yang akan membawa perubahan besar dalam ketenagalistrikan, dan listrik akan menjadi pusat transisi tersebut,” ucapnya melalui siaran pers BRIN, belum lama ini.

Sementara itu, Djarot S. Wisnubroto, Profesor Riset sekaligus Peneliti Ahli Utama pada Organisasi Riset Tenaga Nuklir BRIN, mengungkapkan selama lebih dari dua dekade, topik energi nuklir tidak masuk dalam agenda konferensi perubahan iklim yang dikoordinasikan oleh PBB. Namun, pada KTT COP26 yang berlangsung di Glasgow, energi nuklir mulai menjadi perhatian. 

SOLUSI

Dengan karakteristik yang hampir bebas karbon, dan mampu menghasilkan daya besar terus menerus maka PLTN merupakan salah satu solusi mengatasi pemanasan global. Memang momok Chernobyl dan Fukushima masih ada. Tetapi ketika krisis iklim semakin dalam dan kebutuhan untuk beralih dari bahan bakar fosil menjadi mendesak, sikap banyak negara mulai berubah,” terangnya.

Di sisi lain, tambahnya, untuk menuju NZE Indonesia 2060, pemerintah menyatakan bahwa selain menargetkan untuk secara bertahap menghentikan operasi pembangkit listrik berbasis batu bara, optimalisasi pemanfaatan energi baru dan terbarukan (EBT) juga menjadi langkah yang ditempuh.

“Bahkan Pemerintah Indonesia menyatakan bahwa opsi penggunaan nuklir direncanakan akan dimulai pada 2045 dengan kapasitas hingga mencapai 35 Giga Watt (GW) pada 2060.”

Deendarlianto, Profesor Pusat Studi Energi Teknologi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, telah meneliti bahwa energi nuklir mampu memenuhi kebutuhan energi secara masif dan sesuai untuk peningkatan kemampuan industrialisasi Indonesia di masa depan. 

Dengan demikian, untuk memenuhi kebutuhan energi yang bersifat masif dan berkesinambungan, maka tidak ada pilihan lain untuk menggantikan peran penggunaan sumber daya energi konvensional kecuali penggunaan energi nuklir.

Lebih lanjut dalam penjelasannya disebutkan teknologi reaktor nuklir telah mencapai pencapaian teknologi yang lebih unggul dibanding dengan teknologi pembangkit lainnya. 

Tiga keunggulan teknologi energi nuklir adalah: 1) Tidak menghasilkan limbah yang dilepaskan ke lingkungan. Semua limbah terkait dengan pengunaan material nuklir dikelola dengan sistem pengelolaan limbah nuklir yang pada akhirnya disimpan, diimobilisasi dan dikungkung; 2) mengaplikasikan sistem keselamatan komprehensif (defense in depth atau sistem pertahanan berlapis) yang terdiri dari keselamatan melekat (inherent safety), redundansi, interlock, reliability, hambatan ganda (multiple barrier), dan prosedur operasi terstandarisasi.

 

Read Next