logo

Vokasi

Menko PMK : Pendidikan Vokasi di Perguruan Tinggi Harus Diperbanyak

Menko PMK : Pendidikan Vokasi di Perguruan Tinggi Harus Diperbanyak
Menko PMK Muhadjir Effendy saat diwawancarai di sela Forum Fakultas Ilmu Pendidikan dan Jurusan Ilmu Pendidikan (FIP JIP) 2021. (Kemenko PMK)
Bunga NurSY, Vokasi11 November, 2021 12:45 WIB

Eduwara.com, JAKARTA— Format pendidikan tinggi dinilai perlu dirombak ulang dengan memperbanyak pendidikan vokasi.

Hal itu disampaikan oleh Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy ujarnya saat memberikan  sambutan pada acara Forum Fakultas Ilmu Pendidikan dan Jurusan Ilmu Pendidikan (FIP JIP) 2021 di Hotel Sahid Jakarta, Selasa (9/11/ 2021).

Menurutnya, dunia pendidikan tinggi di Indonesia saat ini masih didominasi pendidikan profesional. Padahal, era revolusi industri 4.0 menuntut semakin banyak lulusan berketerampilan terutama dari pendidikan vokasi ketimbang tenaga profesional.

Maka dari itu, Muhadjir mengatakan bahwa di periode kedua kepemimpinan Presiden Jokowi, mestinya jumlah pendidikan vokasi di level pendidikan tinggi diperbanyak.

"Yang saya lihat justru sampai sekarang belum ada gerakan yang masif bagaimana merombak format pendidikan tinggi. Yang sekarang ini terlalu banyak pendidikan profesional akademis, [seharusnya] untuk kemudian diubah menjadi pendidikan vokasional," jelasnya dalam siaran pers Kemenko PMK, Kamis (11/11/ 2021).

Pada 2019,  tercatat angka partisipasi kasar perguruan tinggi (APK PT) 34,58% serta jumlah politeknik/vokasi di Kemristekdikti sebanyak 200 institusi dan politeknik di kementerian lain sebanyak 80 institusi.

Pada 2024, APK PT diharapkan mencapai 50%. Dengan desain moderat yang dibuat pemerintah saat itu (2019), jumlah politeknik/vokasi dibawah Kemendikbud diharapkan naik menjadi 295 institusi. Adapun, dengan desain optimistik, jumlah politeknik/vokasi di bawah Kemendikbud diharapkan meningkat menjadi 450 institusi.

Muhadjir mengurai permasalahan utama dalam dunia pendidikan di Indonesia yakni masih terdapat ketidaksesuaian lulusan SMA/SMK/MA dengan dunia kerja. Isu link and match itu bahkan sudah mulai sejak lama dan belum terselesaikan hingga kini.

Ia menyebut bahwa tidak mungkin kebutuhan lapangan kerja hanya diisi oleh lulusan-lulusan profesional.  "Kalau tenaga profesional banyak sementara tenaga berketerampilan tinggi tidak ada, maka pasti akan disusul dengan pengangguran besar-besaran. Kalau semuanya ingin jadi dokter [ibaratnya], maka tidak ada pasien," tuturnya.

Pada Forum FIP JIP 2021, tema yang diangkat adalah Optimizing the Implementation of Merdeka Belajar Kampus Merdeka Program for Bright, Professional, Insightful in Education, Religious and Patriotic Graduates. Tema itu sejalan dengan misi pendidikan Indonesia saat ini yaitu menciptakan merdeka belajar kampus merdeka.

Hadir dalam acara yang diselenggarakan Universitas Negeri Jakarta tersebut, para pakar bidang pendidikan, pejabat perwakilan kementerian terkait, para rektor, dekan, ketua jurusan, serta delegasi sejumlah negara tetangga yang mewakili bidang yang terkait pendidikan.

Read Next