logo

Kampus

Nano Spray Jeruk Nipis Karya UNY, Cegah Radiasi Gawai

Nano Spray Jeruk Nipis Karya UNY, Cegah Radiasi Gawai
Lima mahasiswa Fakultas MIPA UNY memperlihatkan karya penelitian mereka yang berupa nano spray dari ekstrak kulit jeruk nipis (citrus aurantifolia) untuk anti radiasi akibat sinar biru yang dihasilkan gawai dan laptop. (Eduwara/UNY)
Redaksi, Kampus03 November, 2021 10:00 WIB

Eduwara.com, JOGJA--Radiasi sinar biru dari pancaran cahaya gadget dan laptop memiliki dampak buruk pada kulit. Reaksi selama penyerapan sinar biru menghasilkan radikal bebas yang merusak kulit. 

Pada saat ini pencegahannya adalah menggunakan screen protector pada layar yang mengurangi sinar biru dari ponsel , komputer maupun laptop dan juga perisai malam pada ponsel untuk meredupkan cahaya pada layar.  

Masalahnya, hingga kini inovasi ataupun temuan yang mampu melindungi kulit wajah langsung dari paparan sinar biru masih sangat minim. Berlatarbelakang hal tersebut, lima mahasiswa Fakultas MIPA Universitas Negeri Yogyakarta berupaya membuat nano spray dari ekstrak kulit jeruk nipis (citrus aurantifolia) yang mampu berrfungsi sebagai  anti radiasi akibat sinar biru. 

Kelima mahasiswa itu, Madda Nur Abidin dari Program Studi (Prodi) Biologi,  Atikah Zukhrufiyah Widodo dari Prodi Pendidikan biologi, Yuliari Suprihatin dan Riza Alfiyatun dari Prodi kimia serta Andini Jihan Ningrum dari Prodi Pendidikan Matematika.

Mewakili keempat rekannya, Madda Nur Abidin menjelaskan penelitian mereka fokus pada mengoptimalkan kulit jeruk nipis sebagai upaya pencegahan masuknya radikal bebas menjadi sediaan nano spray. 

"Nano spray adalah minyak semprot yang menggunakan teknologi nanometer untuk mengubah air menjadi partikel atom dalam beberapa detik sehingga nutrisi dan kadar oksigen dalam air bisa masuk ke dalam pori-pori kulit" jelasnya, Jumat (29/10). 

Spray ekstrak kulit jeruk nipis dinilai lebih praktis dan efektif mencegah radikal bebas pada kulit jeruk nipis karena memiliki antioksidan yang tinggi dan dijadikan partikel atom hingga dapat langsung terserap kulit. 

Terpilihnya jeruk nipis sebagai subyek utama penelitian, menurut Atikah karena tanaman ini merupakan salah satu tanaman obat yang mampu yang menjadi obat panas, diare, menguruskan badan, anti inflamasi, antibakteri dan antioksidan. 

"Kulit jeruk nipis berperan sebagai antioksidan dan dapat diolah untuk mendapatkan kandungan pektin dan flavonoid" kata Atikah. 

Sementara flavonoid pada kulit jeruk berperan sebagai antioksidan atau zat pelindung tubuh dari serangan radikal bebas, antara lain vitamin, polifenol, karoten dan mineral.  "Antioksidan melakukan semua itu dengan cara menekan kerusakan sel yang terjadi akibat proses oksidasi radikal bebas, membantu menghentikan proses perusakan sel," jelasnya. 

Dalam prosesnya, Yuliari Suprihatin menjelaskan potongan kulit jeruk nipis dikeringkan 1x24 jam. Kulit ini lalu dihaluskan dan diayak. Pembuatan ekstrak dimulai dengan maserasi etanol 96 persen  selama 1x24 jam dengan perbandingan berat serbuk volume etanol satu banding tiga. Remaserasi dilakukan selama 3x24 jam. 

Hasil ekstraksi yang diperoleh dipekatkan menggunakan vacum rotary evaporator hingga mendapat ekstrak kental. Pembuatan nano spray dimulai dengan mencampurkan minyak zaitun, tween 80, gliserin, ekstrak yang telah dilarutkan dalam etanol dan aquades pada alat stirrer selama 15 menit. 

Setelah semua tercampur dilakukan sonikasi selama 30 menit pada suhu 30 derajat C untuk mendapatkan cairan yang homogen sampai partikel tersebar merata. 

Karya kelima mahasiswa UNY ini mampu meraih dana Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi dalam Program Kreativitas Mahasiswa bidang Riset Eksakta 2021. (Setyono)

Editor: Adnyana

Read Next