logo

Sains

Pandemi Covid-19, Learning Loss, dan Ancaman Penurunan Produktivitas Satu Generasi

Pandemi Covid-19, Learning Loss, dan Ancaman Penurunan Produktivitas Satu Generasi
Kegiatan Hybrid Learning di SMAN 1 Tambun Selatan di Bekasi (SMAN 1 Tambun Selatan. Bekasi)
Bunga NurSY, Sains07 Desember, 2021 10:58 WIB

Eduwara.com, BALIKPAPAN— Pandemi Covid-19 membuat sistem pendidikan di seluruh dunia seakan terhenti dan menimbulkan kehilangan pembelajaran (learning loss) bagi jutaan siswa selama hampir dua tahun terakhir. Penurunan produktivitas, pendapatan, bahkan perekonomian global membayangi kehidupan generasi ini di masa depan.

Dalam laporan The State of the Global Education Crisis: A Path to Recovery disebutkan bahwa sebelum pandemi, sebanyak 53% anak usia sekolah di negara berpendapatan rendah dan menengah berada dalam kondisi learning poverty—dimana fasilitas yang dimiliki tidak cukup layak untuk menjalani proses belajar yang ideal.

Setelah pandemi, pangsa tersebut berpotensi naik menjadi 70% mengingat sekolah masih ditutup dalam jangka panjang dan pola pembelajaran jarak jauh yang diterapkan kurang efektif dalam menjamin keberlanjutan kegiatan belajar selama penutupan itu.

Menurut laporan yang diterbitkan oleh Bank Dunia bersama UNESCO dan UNICEF itu, generasi siswa saat ini berisiko kehilangan US$17 triliun pendapatan seumur hidup dalam nilai sekarang, atau sekitar 14 persen dari PDB global saat ini. Proyeksi ini lebih parah dari yang diperkirakan sebelumnya, dan jauh melebihi perkiraan US$10 triliun yang dirilis tahun 2020.

Direktur Pendidikan Global Bank Dunia Jaime Saavedra mengatakan learning loss yang dialami banyak anak secara moral tidak dapat diterima. 

“Dan potensi peningkatan Learning Poverty mungkin berdampak buruk pada produktivitas, pendapatan, dan kesejahteraan di masa depan bagi generasi anak-anak dan remaja ini, keluarga mereka, dan ekonomi dunia,” jelasnya dalam laporan tersebut, Senin (06/12/2021) waktu setempat.

Tim periset dari ketiga lembaga dunia tersebut juga menemukan bahwa di negara berpenghasilan rendah dan menengah dampak learning loss lebih buruk bagi siswa-siswa perempuan, karena mereka dengan cepat kehilangan perlindungan yang ditawarkan sekolah dan pembelajaran untuk kesejahteraan dan peluang hidup mereka.

Kesenjangan Gender

Direktur Pendidikan UNICEF Robert Jenkins mengatakan Pandemi Covid-19 mendisrupsi pendidikan 1,6 miliar siswa pada puncaknya, dan memperburuk kesenjangan gender. Di beberapa negara, pihaknya menemukan learning loss yang lebih besar di antara anak perempuan dan peningkatan paparan risiko mereka terhadap kekerasan berbasis gender, pernikahan dini, pekerja anak, dan kehamilan. 

“Untuk membendung ‘luka’ pada generasi ini, kita harus membuka kembali sekolah dan menjaganya tetap terbuka, menargetkan penjangkauan untuk mengembalikan pelajar ke sekolah, dan mempercepat pemulihan pembelajaran, “jelasnya.

Anak-anak dari rumah tangga berpenghasilan rendah, anak-anak penyandang cacat, dan anak perempuan lebih kecil kemungkinannya untuk mengakses pembelajaran jarak jauh daripada teman sebayanya. Hal ini sering disebabkan oleh kurangnya teknologi yang dapat diakses dan ketersediaan listrik, konektivitas, dan perangkat, serta diskriminasi dan norma gender.

Siswa yang lebih muda memiliki lebih sedikit akses ke pembelajaran jarak jauh dan lebih terpengaruh oleh learning loss daripada siswa yang lebih tua, terutama di antara anak-anak usia pra-sekolah dalam tahap pembelajaran dan perkembangan yang sangat penting.

Dampak merugikan pada pembelajaran secara tidak proporsional mempengaruhi mereka yang paling terpinggirkan atau rentan. Kehilangan belajar lebih besar bagi siswa dengan status sosial ekonomi rendah di negara-negara seperti Ghana, Meksiko, dan Pakistan.

Read Next