logo

Kampus

Penelitian UGM: Mahasiswa Cemaskan Masa Depan Karir dan Keuangan

Penelitian UGM: Mahasiswa Cemaskan Masa Depan Karir dan Keuangan
Tim PKM-RSH UGM yang meneliti tentang 'Quarter Life Crisis', mendapatkan temuan adanya kekhawatiran mahasiswa di DIY terhadap kelanjutan karir, pendidikan, percintaan, dan finansial. (UGM)
Setyono, Kampus11 November, 2022 17:03 WIB

Eduwara.com, JOGJA – Penelitian tim Program Kreativitas Mahasiswa Bidang Riset Sosial Humaniora (PKM-RSH) Universitas Gadjah Mada (UGM) mendapatkan temuan adanya kekhawatiran mahasiswa di Daerah Istimewa Yogyakarta terhadap kelanjutan karir, pendidikan, percintaan, dan finansial.

Mengambil fokus penelitian tentang Quarter Life Crisis atau krisis seperempat abad, empat mahasiswa dari Fakultas Filsafat dan Fakultas Psikologi UGM melihat penyelesaian krisis itu dari pemikiran Ki Ageng Suryomentaram.

Berjudul 'Dinamika Quarter Life Crisis pada Mahasiswa: Analisis berdasar Perspektif Pemikiran Ki Ageng Suryomentaram', penelitian ini dilakukan Farahdita Salma Zharifa, Esa Geniusa Religiswa Magistravia  dari Fakultas Filsafat. Kemudian ada Rizky Amelia Febrianti dan Riskhi Pratama Kusuma Arum Jatempat dari Fakultas Psikologi.

"Kami melakukan penelitian mengenai dinamika quarter life crisis yang terjadi pada mahasiswa di Yogyakarta dan kemudian dianalisis menggunakan perspektif kawruh jiwa Ki Ageng Suryomentaram,"kata Farahdita Salma Zharifa, Jumat(11/11/2022).

Fenomena krisis seperempat abad atau Quarter Life Crisis merupakan kondisi krisis yang kerap dialami oleh kaum muda pada masa transisi dari remaja menuju dewasa awal pada kisaran usia 20-29 tahun. Orang yang sedang mengalami quarter  life crisis biasanya merasa belum memiliki gambaran jelas akan diri dan tujuan hidupnya.

Quarter Life Crisis ditandai dengan adanya kekhawatiran berlebih, pesimis, cemas, dan bahkan perasaan tertekan, sehingga menyebabkan terganggunya aktivitas, perasaan tertekan, hingga depresi. Quarter life crisis sendiri biasanya disebabkan karena adanya tuntutan yang dialami oleh individu pada usia dewasa awal.

Dibawah bimbingan dosen Septiana Dwiputri Maharani, keempat mahasiswi ini kemudian meneliti mahasiswa di beberapa perguruan tinggi DIY selama empat bulan.  Dari 17 mahasiswa, 14 mengalami Quarter Life Crisis dengan rentang usia partisipan adalah 20-23 tahun yang umumnya mahasiswa tingkat akhir.

"Selanjutnya, pihaknya memilih 3 dari partisipan mahasiswa dengan baseline skor tertinggi untuk diwawancara. Mereka mengalami kekhawatiran tentang kelanjutan karir, pendidikan, percintaan, dan finansial," katanya.

Munculnya kekhawatiran tersebut disebabkan karena adanya tuntutan diri maupun lingkungan. Sehingga kekhawatiran yang dialami menimbulkan perilaku diri berupa perbandingan diri, insecurities, keragu-raguan, dan ketidakpuasan kondisi. Adanya kondisi tersebut menimbulkan dampak emosional, fisiologis, maupun fungsi diri.

Dikatakan Farahdita, penelitian yang dilakukan selama empat bulan dengan responden para mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Yogyakarta bertujuan juga untuk melihat teori Ki Ageng Suryomentaram sebagai alternatif solusi dalam persoalan Quarter Life Crisis.

Dari hasil penelitian mereka menyimpulkan Teori Pemikiran Ki Ageng Suryomentaram potensial untuk mengatasi krisis quarter life.

"Pemikiran Ki Ageng Suryomentaram sendiri kami gunakan untuk menganalisis fenomena Quarter Life Crisis karena pemikiran kawruh jiwa ki ageng suryomentaram memiliki latar belakang budaya Indonesia, sehingga konsep ini sangat mungkin untuk digunakan untuk menganalisis fenomena quarter life crisis pada mahasiswa," paparnya.

Read Next