Bagikan:
Bagikan:
Eduwara.com, MALANG — Malalai Ahmadzai, mahasiswa Internasional asal Afghanistan yang sedang menjalani pendidikan Strata satu (S1) di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), harus beradaptasi dengan budaya di Indonesia, khususnya Malang, saat menjalani puasa Ramadan.
Malalai, sapaan akrabnya, menjelaskan tahun ini merupakan kali keempatnya menghabiskan Ramadan di Indonesia. Saat ini, dia sudah beradaptasi dengan baik terhadap kebudayaan Indonesia. Namun saat menjalani Ramadan pada tahun pertama berada di Indonesia, dia mengaku terasa sangat berat.
“Adaptasi terberat pada tahun pertama saya adalah perihal makanan," kata Malalai, Sabtu (30/4/2022).
Hal ini terjadi karena makanan di Afganistan dan Indonesia sangat berbeda. Orang-orang Indonesia sangat menyukai makanan-makanan pedas, sedangkan dirinya tidak terlalu menyukai makanan pedas. Namun, dengan berjalannya waktu, dia justru menjadi penyuka makanan Indonesia.
“Beberapa makanan favorit saya adalah nasi goreng, soto, dan sate,” katanya.
Meskipun awalnya tidak bisa beradaptasi dengan baik, namun sekarang Malalai sangat menyukai kegiatan Ramadan di Indonesia. Malalai bercerita, dia menyukai pasar takjil yang selalu ada di setiap Ramadan karena memudahkan persiapan berbuka puasa, juga memiliki variasi makanan dan minuman yang banyak.
"Tak hanya makanan dari pulau Jawa saja, beberapa penjual juga menjual makanan khas dari luar pulau jawa. Hal ini lah yang tidak ada di Afghanistan ketika Ramadan berlangsung," ungkap Malalai.
Selain pasar takjil, waktu puasa yang singkat di Indonesia juga membuat Malalai senang. Di Afghanistan, jangka waktu untuk berpuasa sekitar 16 sampai 17 jam setiap hari. Sementara di Indonesia, waktu untuk berpuasa hanya selama 13 jam. Cara membangunkan orang untuk sahur juga terkesan unik.
"Di Afghanistan kami sahur secara mandiri. Namun di Indonesia waktu sahur dibangunkan oleh warga setempat lewat masjid maupun patroli keliling. Uniknya lagi, di sini ada pemberitahuan waktu imsak yang memudahkan orang untuk mengetahui kapan berakhirnya waktu sahur," katanya.
Malalai bersyukur, karena bisa menjalankan tarawih di masjid saat menjalankan Ramadan Ketika berada di Afghanistan hal itu tidak bisa dilakukan.
Meski akhirnya bisa beradaptasi dengan baik, bukan berarti Malalai yang mahasiswa jurusan Hubungan Internasional (HI) tersebut tidak merindukan kampung halamannya di Afghanistan. Malalai mengaku ia sangat kangen keluarga, apalagi di momen-momen puasa Ramadan seperti ini.
"Alhamdulillah, di sini saya memiliki teman dekat yang sudah saya anggap seperti keluarga, sehingga cukup mengobati rasa rindu saya akan keluarga di Afghanistan," ucapnya.