Bagikan:
Bagikan:
Eduwara.com, SOLO – Hampir 50 persen masyarakat Indonesia berusia kurang dari 40 tahun. Usia tersebut tergolong dalam usia produktif yang menjadi salah satu kekayaan Indonesia. Ketika masyarakat bisa bekerja, maka bisa membayar pajak yang muaranya adalah tersedianya fasilitas-fasilitas seperti sekolah, rumah sakit, dan rumah ibadah.
Namun, yang menjadi perhatian bersama adalah jangan sampai nantinya anak-anak yang berusia produktif tidak dibekali kemampuan mental health terutama yang berkaitan dengan kemampuan perbedaan. Terlebih lagi, kemajemukan Indonesia secara tidak langsung menjadikan mereka bisa berbicara dengan sesama secara baik.
Oleh karena itu, sekolah menjadi gerbang pembuka untuk menanamkan kemampuan tersebut. Dengan harapan, ketika lulus para siswa sudah terbentuk nilai-nilai yang mendukung kepada penghargaan kemajemukan.
Demikian catatan penting yang disampaikan Direktur Wahid Foundation, Yenny Wahid dalam Talkshow 10 Menit Bicara Pendidikan dan Launching Program Sekolah Damai Jawa Tengah, Senin (24/10/2022), di SMAN 4 Solo secara hybrid.
"Anak-anak Indonesia kan kreatif. Kami ingin juga dibantu teman-teman SMA sederajat agar menyampaikan pesan ini ke masyarakat luas. Begitu juga dengan guru," kata dia.
Yenny melanjutkan, program Sekolah Damai sudah diselenggarakan sejak 2018 oleh Wahid Foundation bersama Lembaga Studi Sosial dan Agama (eLSA) sebagai mitra. Program Sekolah Damai sudah dijalankan di empat sekolah menengah atas dan kejuruan di Semarang dan Kendal.
Pada tahun 2022, perubahan positif di sekolah-sekolah percontohan tersebut telah mendorong Pemerintah Provinsi Jawa Tengah (Pemprov Jateng) melalui Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Jawa Tengah (Bakesbangpol), menjalin kerja sama yang lebih erat dengan Wahid Foundation untuk mengimplementasikan program Sekolah Damai di 78 SMA/SMK di Provinsi Jawa Tengah, sekaligus melakukan penguatan kurikulum Sekolah Damai di sekolah tersebut.
Program Sekolah Damai, sambung Yenny, dirancang untuk membangun budaya damai di lingkungan sekolah. Melalui program tersebut, pihaknya menyediakan pelatihan dan mengajak sekolah berpartisipasi secara langsung guna membuat kehidupan sekolah yang menghargai kebinekaan dan keberagaman.
"Anak-anak sebagai calon pemimpin, tentu perlu dibekali kemampuan untuk mengelola emosi dengan baik, cara berekspresi, dan berinteraksi dengan orang-orang yang mungkin berbeda dengan dirinya. Inilah fungsi dari Sekolah Damai, yaitu membantu mempertahankan kekayaan dan kekuatan ideologi Pancasla serta konsep berkebangsaan Bhineka Tunggal Ika," jelas dia.
Literasi Wawasan Kebangsaan
Sementara itu, Kepala Kesbangpol Jawa Tengah, Haerudin menuturkan perlu literasi-literasi yang mendukung keberagaman Indonesia sehingga menimbulkan wawasan kebangsaan, cara pandang, maupun cara berpikir yang mengedepankan persatuan dan kesatuan.
"Menurut kami, literasi-literasi tersebut memang paling utama disampaikan di sekolah. Saya sepakat, siswa-siswa yang hadir kali ini akan menjadi pemimpin di masa depan. Jika seorang pemimpin dari awal tidak memahami kemajemukan, keragaman, bahkan kedamaian, saya kira bangsa ini akan dibawa ke mana," ungkap dia.
Sementara itu, Wali Kota Solo, Gibran Rakabuming Raka menjelaskan nilai-nilai dari program Sekolah Damai perlu diaplikasikan kepada kegiatan sehari-hari.
"Misalnya, kemarin Kota Solo menjadi tuan rumah ASEAN Para Games, artinya kita harus welcome kepada penyandang disabilitas. Kemudian ada beberapa sekolah swasta non Islam yang menjadi transit Muktamar Muhammadiyah nanti. Hal-hal kecil seperti ini yang perlu dan bisa diterapkan," beber dia. (K. Setia Widodo)