logo

Kampus

Pusat Kerohanian bagi Seluruh Agama Bakal Dimiliki UGM

Pusat Kerohanian bagi Seluruh Agama Bakal Dimiliki UGM
UGM Yogyakarta bakal memiliki kawasan kerohanian untuk mengakomodasi warganya yang beragama Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, dan Konghucu. Ini menjadi simbol toleransi dan kerukunan antarumat beragama. (EDUWARA/Humas UGM)
Setyono, Kampus22 Mei, 2022 21:26 WIB

Eduwara.com, JOGJA - Universitas Gadjah Mada (UGM) bakal memiliki kawasan kerohanian untuk mengakomodasi warganya yang beragama Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, dan Konghucu. Kawasan ini juga akan menjadi simbol toleransi dan kerukunan antarumat beragama.

Kawasan kerohanian berlokasi di lingkungan Kampus UGM, terletak kompleks Sekip Blok N dengan total lahan seluas 4.789 meter persegi dengan melibatkan dosen dari berbagai perwakilan kelompok agama sebagai tim perumus.

Proses pembangunan, termasuk penyediaan kelengkapan fasilitas pendukung lainnya, dilakukan melalui pendanaan kreatif yang menggandeng beberapa mitra strategis dan sahabat UGM.

"Pelaksanaan konstruksi diperkirakan akan berlangsung sekitar enam sampai delapan bulan, yang akan dimulai setelah dilakukan proses pengadaan barang dan jasa," kata Rektor UGM Panut Mulyono dalam rilis Minggu (22/5/2022).

Panut menyatakan pembangunan fasilitas rohani untuk beberapa kelompok agama di lingkungan kampus UGM menjadi salah satu prioritas dan sebagai bentuk komitmen UGM dalam merawat keberagaman dan toleransi.

"Pembangunan kawasan kerohanian ini berkaitan dengan jati diri UGM sebagai Universitas Pancasila," ujarnya.

Terlebih, UGM dikenal sebagai institusi pendidikan yang terbuka, mempunyai civitas dengan beragam latar belakang suku, agama, bahkan kebangsaan. Oleh karena itu, perbedaan ini harus dapat diakomodasi dalam wadah-wadah kegiatan.

"Fasilitas kerohanian ini akan memfasilitasi lima agama dalam satu area, namun tidak lepas interkoneksinya dengan fasilitas agama Islam di Mardliyyah Islamic Center dan Masjid UGM," ucap Panut.

Ketua Majelis Wali Amanat (MWA) UGM Pratikno mengapresiasi Pendidikan Kawasan Kerohanian. Ia menilai, kemajuan teknologi mempersempit dunia, sehingga percampuran, interaksi, serta pergaulan lintas bangsa, lintas agama, dan lintas etnis semakin tinggi.

"Banyak negara kewalahan menghadapi kemajemukan, namun Indonesia justru telah Bhinneka Tunggal Ika sejak era kolonialisme. Kebhinekaan inilah yang perlu dipelihara, sebagai salah satu bentuk pendidikan bagi generasi masa depan," tuturnya.

Read Next