Bagikan:
Bagikan:
Eduwara.com, JAKARTA—Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) berencana mengembangkan 17 kebun raya yang dikelola langsung oleh lembaga tersebut.
Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Laksana Tri Handoko mengatakan Indonesia idealnya memiliki 47 kebun raya yang merepresentasikan ekoregion keanekaragaman hayati yang ada.
Handoko menambahkan pihaknya juga akan membangun kebun raya di seluruh kawasan atau kampus yang dikelola oleh BRIN dan memiliki lahan yang luas seperti kawasan observatorium nasional di Gunung Timau untuk ekoregion savana yang daerah kering, dan Kebun Raya di Puspitek Serpong serta Di Rumpin Kabupaten Bogor.
“BRIN tetap melanjutkan upaya pembangunan kebun raya nasional yang langsung di kelola BRIN, selain kebun raya yang dikelola oleh Pemerintah Daerah, Universitas, dan Swasta,” ujarnya saat membuka Sarasehan Kebijakan BRIN dalam Pengembangan Kebun Raya di Indonesia seperti dikutip dari laman resmi BRIN, Selasa (07/12/2021).
Selain itu, tambahnya, guna memudahkan proses pembangunan kebun raya di Indonesia, pihaknya tidak akan membebankan pelaksanaan fungsi penelitian di kebun raya–kebun raya yang di kelola oleh Pemerintah Daerah, Universitas, dan swasta.
“Kebun Raya nasional yang dikelola oleh BRIN akan melaksanakan seluruh fungsi kebun raya seperti konservasi, penelitian, edukasi, jasa lingkungan, dan wisata. Sementara untuk Kebun Raya lainnya yang dikelola oleh selain BRIN tidak akan kami bebankan untuk melaksanakan fungsi penelitian, hanya pada fungsi konservasi, edukasi, wisata dan jasa lingkungan” tambahnya.
Hingga akhir 2019, terdapat 43 kebun raya yang terdiri dari 5 kebun raya yang dikelola LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) – sebelum dilebur menjadi BRIN, 36 kebun raya Pemerintah Daerah, dan 2 kebun raya Perguruan Tinggi.
Jumlah tersebut baru mampu merepresentasikan 17 tipe ekoregion, artinya masih diperlukan 30 kebun raya baru agar mampu mengkonservasi seluruh kekayaan jenis tumbuhan di Indonesia.
Sementara itu, Kepala Organisasi Riset Ilmu Pengetahuan Hayati BRIN Iman Hidayat mengatakan Indonesia masih belum mampu mengungkap dan memanfaatkan secara maksimal keanekaragaman hayatinya. Oleh sebab itu kolaborasi dengan berbagai stakeholder menjadi keharusan.
Iman menambahkan BRIN memiliki program dalam konservasi dan pemanfaatan keanekaragaman hayati dengan menciptakan ekosistem yang meningkatkan kompetensi SDM di bidang biodiversitas dan konservasi, pemantapan program, penguatan infrastruktur serta anggaran sehingga mampu menciptakan critical mass yang memadai untuk bersaing secara global.
“Kita harapkan dengan berkumpulnya dan sinergi berbagai sumber daya khususnya SDM, program, infrastruktur dan pendanaan akan mampu mencapai kondisi yang ideal bagi kita dalam mengakselerasi pencapaian target output dan outcome dari pengungkapan, konservasi dan pemanfaatan biodiversitas nasional yang berkelanjutan” ujarnya.