logo

Vokasi

Sebelum Lulus, Mahasiswa Sekolah Vokasi UNDIP Harus Tersertifikasi Kompetensi

Sebelum Lulus, Mahasiswa Sekolah Vokasi UNDIP Harus Tersertifikasi Kompetensi
Dekan Sekolah Vokasi Universitas Diponegoro, Budiyono, menerima kunjungan antar institusi perguruan tinggi penyelenggara pendidikan vokasi, yaitu Universitas Brawijaya, ITS, dan IPB di Aula Gedung Sinarmas Sekolah Vokasi Undip, Kamis (10/3/2022). Dalam kesempatan tersebut, keempat pimpinan Sekolah Vokasi atau Fakultas Vokasi dari universitas yang berbeda menyatakan siap memperkuat sinergi untuk mengembangkan PBL sebagai upaya memajukan pendidikan terapan di perguruan tinggi. (EDUWARA/Humas UNDIP)
Redaksi, Vokasi14 Maret, 2022 17:30 WIB

Eduwara.com, SEMARANG – Sebelum lulus, mahasiswa Sekolah Vokasi Universitas Diponegoro (Undip) harus mengikuti uji kompetensi sesuai bidang keilmuan. Hal ini dimaksudkan agar mereka dapat dinilai layak untuk memperoleh sertifikat kompetensi profesi.

Dekan Sekolah Vokasi Undip, Budiyono menyampaikan hal tersebut saat menerima kunjungan antar institusi perguruan tinggi penyelenggara pendidikan vokasi di Aula Gedung Sinarmas Sekolah Vokasi Undip, Kamis (10/3/2022).

Pihak mitra yang berkunjung dari Universitas Brawijaya diwakili Direktur Fakultas Vokasi Unti Ludigdo, Dekan Fakultas Vokasi ITS Muhammad Sigit Darmawan, Dekan Sekolah Vokasi IPB Arief Darjanto beserta jajaran wakil dekan yang hadir.

“Kebijakan ini bertujuan agar mahasiswa dapat menjadi lulusan terampil yang kompetitif, sesuai dengan kebutuhan dunia usaha dan dunia industry (DUDI),” kata Budiyono, seperti dilansir dalam laman resmi Undip.

Budiyono juga menggarisbawahi bahwa kebijakan ini berlaku pula bagi dosen. Bahkan, Sekolah Vokasi Universitas Diponegoro (Undip) menargetkan semua dosennya harus tersertifikasi kompetensi dari Badan Nasional Sertifikasi (BNSP) atau lembaga asesmen lainnya pada tahun ini. 

“Guna mendukung keberhasilan misi pendidikan vokasi, setiap dosen sebagai pengajar profesional pun wajib mengantongi sertifikat kompetensi dan profesi, sehingga benar-benar mampu membimbing dan mendampingi proses belajar mahasiswa secara kompeten,” ungkapnya.

Budiyono menyampaikan, meski institusi yang dipimpinnya terbilang “muda” jika dibandingkan fakultas lainnya di lingkungan Universitas Diponegoro, namun pihaknya fokus untuk meningkatkan daya saing Sekolah Vokasi Undip.

“Hal ini dibuktikan dari capaian Sekolah Vokasi yang kini paling tidak pada urutan keempat sebagai fakultas terbaik di Undip. Ini paling tidak tercermin dari kinerja tahunan dan alokasi dana yang dikelolanya,” tandasnya.

Sebagai penyelenggara pendidikan vokasi di tingkat perguruan tinggi, lanjut Budiyono, Sekolah Vokasi Undip juga menerapkan project based learning (PBL) sebagai metode pembelajaran utama untuk mengasah keterampilan mahasiswa. 

Forum Pendidikan Tinggi Vokasi Indonesia

Direktur Sekolah Vokasi Universitas Brawijaya, Unti Ludigdo, menambahkan strategi lain untuk mendukung kompetensi lulusan adalah penyempurnaan Fasilitas E-Learning Studio dan Vocational Tax Corner untuk mendukung pelaksanaan metode pembelajaran Project Based Learning (PBL).

“PBL menjadi kekuatan untuk bidang pendidikan vokasi sehingga lulusan siap diperkerjakan dengan soft skills memadai,” ujar Unti.

Unti juga menegaskan upaya penguatan penyelenggaraan pendidikan vokasi juga dapat dilakukan melalui kolaborasi antar universitas dengan adanya Forum Pendidikan Tinggi Vokasi Indonesia (FPTVI).

“Forum tersebut telah menghasilkan beberapa program, antara lain program Olimpiade Vokasi Indonesia (OLIVIA). Program ini merupakan kegiatan kompetisi ilmiah antar mahasiswa vokasi se-Indonesia yang berada pada tingkat nasional, sedangkan program Seminar Nasional yaitu Establishing Creative Innovation, Empowering Vocational Education yang diikuti dari anggota Vokasi Indonesia dan para pengajar SMK se-Indonesia,” ungkapnya lebih detail.

Pada kesempatan tersebut, Dekan Fakultas Vokasi ITS Muhammad Sigit Darmawan, sekaligus Ketua FPTVI menegaskan, pihaknya terus mendorong agar sekolah atau fakultas vokasi di Indonesia memperkuat sistem pendidikannya, termasuk penguatan PBL dengan didukung dosen-dosen yang tersertifikasi.

Senada dengan beliau, Dekan Sekolah Vokasi IPB Arief Darjanto, yang juga mantan Ketua FPTVI menandaskan, teaching factory yang menjadi ciri khas pendidikan vokasi juga harus dioptimalkan melalui penyelenggaraan PBL. “Ini juga terjadi di banyak negara maju”, imbuhnya.

Keempat pimpinan sekolah atau fakultas vokasi dari universitas yang berbeda tersebut siap memperkuat sinergi untuk mengembangkan PBL sebagai upaya memajukan pendidikan terapan di perguruan tinggi.

“Kami senang sekali implementasi PBL di masing-masing sekolah atau fakultas vokasi ini terus berkembang dengan dukungan teaching factory yang ada. Praktik ini harus di-support melalui sinergi yang baik untuk memajukan penyelenggaraan pendidikan vokasi ke depannya,” pungkasnya.

Read Next