logo

Sekolah Kita

Sekolah-sekolah di Bantul yang Kekurangan Murid Dibiarkan Tutup Alami

Sekolah-sekolah di Bantul yang Kekurangan Murid Dibiarkan Tutup Alami
Suasana SDN Bongsren, Kamis (16/6/2022). Lima tahun terakhir, sekolah ini minim mendapatkan siswa baru. Tahun ini hanya ada enam siswa baru. Guru dan warga berupaya agar sekolah ini tidak ditutup. (EDUWARA/Setyono)
Setyono, Sekolah Kita16 Juni, 2022 18:59 WIB

Eduwara.com, JOGJA – Sejumlah Sekolah Dasar (SD) di Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta melaporkan kurangnya pendaftar dalam Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) tahun ini. Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Bantul membiarkan secara alami sekolah-sekolah tersebut tutup sendiri.

Kasus kekurangan murid ini seperti terjadi di SDN Bongsren yang terletak di Desa Gilangharjo, Kecamatan Pandak. Sejak enam tahun terakhir, penerimaan anak didik baru kurang dari sepuluh siswa.

"Kondisi ini mulai terjadi 2015 lalu. Selain minimnya jumlah anak di Dusun Bongsren, kedekatan jarak dengan sekolah yang lebih baik maksimal dua kilometer menjadi pilihan orang tua menyekolahkan anaknya di sana," kata Kepala SDN Bongsren, Jumari, Kamis (16/6/2022).

Meski bersama para guru pihaknya sudah mendatangi warga untuk meminta menyekolahkan anaknya ketika lulus TK, namun tahun ini sampai PPDB SD ditutup Rabu (15/6/2022) kemarin hanya enam siswa yang mendaftar dan mengembalikan formulir.

Karena minimnya jumlah siswa, tercatat tahun ini dari kelas 1-6 hanya 38 siswa. Maka anggaran dari pemerintah melalui BOS dan BOSDA tidak banyak turun. Sehingga pengembangan kegiatan maupun pembenahan sekolah tidak maksimal.

Dipertahankan

Meski minim peminat, namun warga Dusun Bongsren kukuh meminta SDN Bongsren ini dipertahankan dan tidak dilakukan penggabungan dengan sekolah lain. Untuk lebih menarik minat, mantan dukuh memberikan sumbangan Rp 100 ribu bagi pendaftar baru di sekolah ini.

"SD ini kan aset pedukuhan. Saya punya prinsip jangan sampai aset kita itu terlantar," kata mantan Dukuh Bongsren periode 1994-2014, Kertorejo.

Para guru dan warga sepakat, untuk lebih meningkatkan kualitas serta menarik minat kembali orang tua menyekolahkan anaknya, diperlukan turun tangan di banyak pihak. Salah satunya adalah dari perguruan tinggi melalui program peningkatan kualitas anak didik.

SD Bongsren, dalam pelaksanaan ujian tingkat kecamatan, dua tahun berturut masuk 10 besar dalam bidang Matematika dan IPA dari 27 SD di Kecamatan Pandak.

Kepala Disdikpora Bantul Isdarmoko mengakui kasus kurangnya peserta didik ini tidak hanya terjadi di SDN Bongsren saja. Di Kecamatan Dlingo dan Sedayu ada sekolah yang juga kekurangan jumlah murid. Standar per rombongan belajar (Rombel) minimal ada 28 orang. Namun ada sekitar lima SD Negeri yang kekurangan murid. 

"Namun jika ada minimal masih ada 20 per rombel, kita tetap terima. Sehingga untuk sekolah-sekolah ini kita mengambil kebijakan khusus tetap boleh menerima siswa meskipun pendaftaran ditutup," katanya.

Khusus SDN Bongsreng, dari verifikasi yang dilakukan jajarannya, sebenarnya upaya penggabungan pernah diwacanakan. Namun karena ada permintaan warga agar SDN Bongsreng dipertahankan, maka dibiarkan tetap beroperasi.

Disdikpora Bantul, sebut Isdarmoko, meminta komitmen dari masyarakat untuk bersama-sama menghidupkan sekolah tersebut dengan cara menambah jumlah siswa baru setiap tahun.

"Kebijakan penggabungan itu kita tidak lakukan, karena memang ingin membiarkan sekolah-sekolah yang kekurangan murid mati dengan sendirinya. Penyebab utamanya adalah keberhasilan program KB," katanya. 

Read Next