logo

Art

Terbitkan Buku Ke-54, Guru MTs Bantul Hadirkan 100 Geguritan

Terbitkan Buku Ke-54, Guru MTs Bantul Hadirkan 100 Geguritan
Sutanto, guru Seni Budaya MTsN 3 Bantul, merilis buku solo ke-54 bertepatan dengan ulang tahunnya, Rabu (15/6). Buku ke-54 yang diberi judul 'Gurit Lima Papat’ ini berisi 100 geguritan atau puisi berbahasa Jawa. (EDUWARA/Setyono)
Setyono, Art16 Juni, 2022 17:29 WIB

Eduwara.com, JOGJA – Guru Seni Budaya MTsN 3 Bantul Sutanto berhasil merilis buku solo ke-54 bertepatan dengan ulang tahunnya, Rabu (15/6). Buku ke-54 yang diberi judul 'Gurit Lima Papat’ ini berisi 100 geguritan atau puisi berbahasa Jawa.

"Keberhasilan penulisan buku ini tidak terlepas dari Komunitas Yuk Menulis (KYM) yang dipimpin Vitriya Mardiyati. Ini adalah buku ke-54 yang saya tulis," kata Sutanto, Kamis (16/6).

Baginya, buku ini sebagai upaya turut melestarikan budaya Jawa, khususnya sastra tulis. Judul "Gurit Lima Papat" dipilih untuk pengingat usianya yang telah memasuki usia 54.

Sutanto mengungkapkan dirinya berupaya menangkap fenomena yang terjadi di masyarakat, tentang berbagai hal, tidak dibatasi tema tertentu, sehingga isi geguritan cukup bervariasi. 

"Saya memiliki misi mengingatkan berbagai hal terkini lewat tulisan kepada pembaca," lanjutnya.

Dalam berbagai geguritan, Sutanto menampilkan berbagai hal tentang hubungan manusia dengan Tuhan (Aja Nigina, Azan Wus  Ngumandhang, Ajak-ajak, Bakal Kuciwa, Bebaya, Bagya Mulya), Covid-19 (Gagrak Anyar), masalah sosial masyarakat (Amrih Becike, Bebungah, Ajar Sabar, Bregas, Brebeg, Cidrabakti kepada orangtua, Anggonku Bekti, Bekti), nasionalisme (Abang Putih), hubungan kekeluargaan (Blaka Suta, Gemati, Edi Peni) dan banyak lagi.

Bukan Karya Sastra Biasa

Buku ‘Gurit Lima Papat’ adalah buku ke-12 bagi Sutanto. Dirinya berkreasi dengan membuat pola yang seragam, bait pertama terdiri lima baris dan bait kedua empat baris. Untuk bahasa yang digunakan, penulis memilih Jawa Ngoko maupun Jawa Krama dengan harapan bisa diterima kalangan muda maupun tua.

Pegiat gurit dan Fasilitator Mahasiswa Mancari Ilmu, Akhir Lusono, menyebut Sutanto sebagai eksistensi yang nggegirisi. Dirinya sering iri dengan guru MTsN 3 Bantul yang istiqomah tetap terus menulis.

"Usia saya 2-3 tahun di bawah beliau tetapi produktivitasnya sungguh saya ciut nyali. Kegigihan dan prestasi menginspirasi generasi muda untuk produktif menulis," imbuh Lusono.

Motivator Nasional dari Magelang Fuzna Marzuqoh menyebut ‘Gurit Lima Papat’ bukan karya sastra biasa. Ini adalah cara menghidupkan budaya. Sastra adalah bahasa jiwa. Dengan sastra, dunia akan bergerak dinamis penuh rasa. 

"Sastra pun dapat menjadi jembatan penghubung di antara insan yang berbeda tempat, berbeda saat dan berbeda derajat. Itulah yang membuat saya mencintai sastra," katanya.

Read Next