logo

Sains

Setelah Riset 10 Tahun, 14 Jenis Baru Cecurut Sulawesi Ditemukan

Setelah Riset 10 Tahun, 14 Jenis Baru Cecurut Sulawesi Ditemukan
Crocidura caudipilosa-KC Rowe. satu jenis baru cecurut yang ditemukan tim riset di Sulawesi. (BRIN)
Bunga NurSY, Sains21 Desember, 2021 07:30 WIB

Eduwara.com, CIBINONG—Tim riset gabungan lintas negara berhasil menemukan 14 jenis baru cecurut di Pulau Sulawesi setelah melakukan penelitian selama sekitar satu dekade.

Para peneliti tersebut adalah Anang S. Achmadi, Peneliti Pusat Riset Biologi Badan Riset Nasional dan Inovasi (BRIN) bersama dengan Jake Esselstyn, ahli mamalia dari Lousiana State University (LSU), Amerika Serikat dan Kevin C. Rowe, ahli mamalia dari Museum Victoria Australia. 

Penemuan ini merupakan penemuan terbesar dari kelompok mamalia yang terpublikasikan sejak tahun 1931. Adapun, cecurut merupakan hewan pemakan serangga dan kerabat dekat dari landak dan moles.

Anang mengatakan penemuan ini terungkap saat tim itu memeriksa hampir 1.400 spesimen cerurut secara intensif. Melalui konfirmasi data molekular dan morfologi spesimen baru yang dikoleksi sejak tahun 2010—2018 dengan spesimen lama yang dikoleksi sejak tahun 1916, tim tersebut berhasil mengidentifikasi sekitar 21 jenis cerurut dari Sulawesi.

“Total 14 cerurut diantaranya termasuk jenis baru. Penemuan ini menambah keanekaragaman cecurut Sulawesi menjadi tiga kali lebih banyak daripada yang diketahui dari pulau lain mana pun,” ungkap Anang yang juga menjabat sebagai Plt. Kepala Pusat Riset Biologi BRIN seperti dikutip dari situs resmi lembaga itu pada Senin (20/12/2021).

Penemuan 14 cecurut di Sulawesi ini menjadi sangat penting sebagai langkah untuk terus mendapatkan informasi dan inventarisasi jenis fauna, khususnya mamalia di Indonesia.

Anang juga menambahkan, saat ini peneliti masih terus melakukan penelitian dan mendeskripsikan jenis baru dari kelompok mamalia. 

“Penemuan ini sesungguhnya dapat merefleksikan kekayaan hayati yang berasal dari kelompok fauna kecil atau mikroskopis yang belum terungkap, menjadi tantangan tersendiri bagi peneliti BRIN di masa depan,” imbuhnya.

Sebagai informasi, temuan ini telah dipublikasikan pada Buletin American Museum of Natural History, 454(1) : 1- 108, dengan judul “Fourteen New Endemic Species of Shrew (Genus Crocidura) from Sulawesi Reveal a Spectacular Island Radiation”.

Crocidura pallida-KC Rowe, salah satu jenis baru cecurut yang ditemukan tim riset di Sulawesi. (BRIN)

Sejak 2010

Penemuan ini merupakan tonggak utama dalam penelitian Professor Jake Esselstyn. Esselstyn tertarik untuk menguji hipotesis secara ekologi dan evolusi yang mungkin dapat menjelaskan keragaman cecurut di Indonesia. 

Bersama dengan Anang, Esselstyn memulai penelitian kelompok tikus di pulau Sulawesi sejak tahun 2010. Ternyata mereka menyadari terlalu banyak jenis yang belum terungkap untuk menguji hipotesis tersebut.

Esselstyn  menjelaskan, taksonomi berfungsi sebagai ilmu dasar dari begitu banyak penelitian biologi dan upaya konservasi. 

“Ketika kita tidak mengetahui berapa banyak jenis yang ada atau di mana mereka hidup, kemampuan kita untuk memahami dan melestarikan kehidupan jadi sangat terbatas. Dengan demikian, sangat penting bagi kami untuk mendokumentasikan dan mengungkap keanekaragaman tersebut,” katanya.

Sebagai informasi cecurut adalah kelompok mamalia yang sangat beragam. Sejauh ini 461 spesies telah teridentifikasi. Fauna ini memiliki distribusi yang sangat luas dan mendunia. 

Beberapa tim lain yang juga terlibat dalam ekspedisi penelitian ini adalah Heru Handika, mahasiswa Doktoral LSU, Mark Swanson alumnus dari LSU, dan Thomas Giarla dari Siena College New York.

Read Next