Bagikan:
Bagikan:
Eduwara.com, JOGJA – Meningkatkan program literasi, numerasi dan inspirasi dalam pendidikan, siswa-siswi Madrasah Aliyah (MA) Ali Maksum, Bantul melaksanakan program kunjungan kerja ke Desa Panggungharjo, Kecamatan Sewon, Kabupaten Bantul.
Selama dua hari, mereka diminta mengawasi pola kerja aparatur desa, mengamati masalah yang muncul, dan menemukan solusi yang disajikan dalam bentuk laporan akhir. Para peserta program adalah siswa-siswa kelas XII.
"Ini program baru yang kami inisiasi tahun ini. Sebelumnya studi tour lebih sering kita lakukan lokasi luar kota, namun kali ini kami mencoba mengajak siswa untuk mengenal dunia kerja di desa," kata guru dan pendamping siswa Rosyida, Rabu (5/1/2022).
Berlangsung secara terpisah, pada Selasa (4/1/2022), sebanyak 25 siswi mendapatkan jatah pertama untuk belajar mengenai isu-isu keterlantaran lansia, pengelolaan sampah, pengelolaan badan usaha milik desa, dan pengelolaan Posyandu.
Kemudian pada hari ini, Rabu (5/1/2022), 24 siswa diajak untuk mengamati pekerjaan pamong desa yang berkaitan dengan isu-isu gaya kepemimpinan, desa anti korupsi, isu keamanan dan ketertiban serta kesehatan.
"Sebenarnya tidak hanya di Desa Panggungharjo saja, di Polsek Sewon, Kantor Urusan Agama (KUA) dan pabrik roti juga kami kirim siswa. Antara siswa dan siswi kami bedakan waktunya," lanjut Rosyida.
Ia melanjutkan sebelum terjun ke lapangan, siswa-siswi di kelas sudah diberi bekal mengenai apa yang akan ditemui dan nanti dilakukan saat belajar lapangan. Dari pembekalan inilah, siswa-siswa ini menentukan isu apa yang nanti dikerjakan.
"Pengalaman ini kami harapkan menambah pengetahuan mereka tentang dunia kerja nyata sehingga bisa menentukan kelanjutan pendidikan mereka nanti bagaimana. Nantinya, hasil kajian dan solusi yang ditawarkan disajikan dalam laporan tertulis," katanya.
Kepala Desa Panggungharjo, Wahyudi Anggoro Hadi mengatakan kehadiran siswa-siswa ini sebenarnya untuk mengajak mereka memahami konteks persoalan yang dihadapi oleh pamong desa.
"Semisal, pada isu keamanan dan ketertiban. Mereka nanti kita ajak untuk berdiskusi dengan keluarga korban kejahatan jalanan (klitih), agar mereka tahu akar persoalan dan dampaknya bagaimana," terang Wahyudi.
Di akhir kunjungan, lanjut Wahyudi, para siswa akan berperan menjadi Kepala Desa beserta aparaturnya dalam simulasi rapat desa guna menentukan kebijakan dan penyelesaian persoalan sehingga memenuhi kebutuhan warga.
Hadi Maulana, salah satu siswa mengaku mendapatkan banyak pengalaman dan pengetahuan usai mengikuti program mediasi dalam isu keamanan dan ketertiban.
"Banyak tadi yang bisa kami simpulkan latar belakang hingga dampak klitih. Nanti kami mencoba merumuskan solusi apa yang bisa kita tawarkan ke warga untuk menjamin keamanan menuju kesejahteraan," katanya.