Bagikan:
Bagikan:
Eduwara.com, KARANGANYAR – Di balik keterbatasan yang disandang para siswa Sekolah Luar Biasa (SLB), terdapat kemampuan-kemampuan yang patut diacungi jempol. Seperti halnya para siswa SLBN Karanganyar yang sekarang ini sedang giat berlatih fragmen tari Bambangan Cakil.
Tari Bambangan Cakil merupakan salah satu tari yang populer di masyarakat Jawa. Tari tersebut berkiblat pada adegan pergelaran wayang kulit yaitu perang kembang. Adegan tersebut menceritakan mengenai Arjuna yang berperang melawan raksasa Cakil di hutan belantara yang mana juga menjadi simbol menghadapi hawa nafsu serta lambang antara kebaikan dan keburukan.
Guru Seni Budaya SLBN Karanganyar Rusyanto menuturkan, adanya latihan tari tersebut berawal dari gagasan untuk tidak sekadar latihan tari yang sudah lumrah dimainkan.
"Karena kalau hanya Tari Merak, Tari Kijang sudah biasa. Untuk itu, timbul ide agar anak-anak dilatih Tari Bambangan Cakil atau fragmen Perang Kembang. Fragmen ini biasa dimainkan di pergelaran wayang, tetapi kalau dari siswa SLB, insyaallah baru kami yang memainkan," kata dia kepada Eduwara.com, Senin (30/1/2023) di ruang guru.
Sebelumnya, dia sudah berkonsultasi kepada para seniman tari dan sempat diragukan apakah para siswa SLB bisa memainkan tari tersebut. Tetapi, dia optimis dan juga berkat dukungan guru serta orang tua, para siswa bisa melakukannya.
Menurut dia, tari mempunyai segmen tersendiri di masyarakat. Ibarat ada acara-acara resmi maupun nonresmi, penampilan tari bisa dilakukan, terlebih lagi yang memainkan adalah siswa SLB.
Adapun tujuan utama para siswa dilatih tari Bambangan Cakil ialah memberi bekal keilmuan dan keterampilan dalam pengembangan minat dan seni budaya. Jika nantinya ada penghargaan dalam bentuk apapun bahkan berupa finansial sekalipun, hal tersebut merupakan bonus, artinya bukan menjadi tujuan utama.
"Tujuan utama bukan fee-nya, tetapi melatih para siswa agar disiplin, tanggung jawab, dan kerja sama. Apalagi tari Bambangan Cakil melibatkan hafalan ganda, pola lantai, dan sebagainya karena tidak bisa kemauan sendiri, harus sesuai dengan konsep yang sudah ditentukan. Dan ternyata, alhamdulillah mereka bisa," jelas dia.
Kepala SLBN Karanganyar, Farida Hidayati juga mengungkapkan hal yang sama. Penghargaan ataupun prestasi merupakan bonus, yang terpenting adalah memberikan yang terbaik untuk para siswa.
"Selain memberikan bekal pendidikan kepada siswa, kami berusaha menggali potensi-potensi yang dimiliki dan membantu mewujudkannya," ujar dia.
Lebih lanjut, Fragmen tari Bambangan Cakil yang dibawakan siswa-siswa SLBN Karanganyar terdiri atas empat unsur yakni penari, dalang, sinden, dan pemusik. Semua unsur itu sebagian besar diisi oleh siswa SLBN Karanganyar. Misalnya penari tokoh Bambangan yaitu siswi kelas X bernama Nabila yang mengaku senang menari dan sebelumnya pernah tampil di muka umum.
Nabila merupakan siswi yang menyandang down syndrome. Tetapi, atas kemauan pribadi dan dukungan para guru serta orang tuanya, Nabila semangat mengikuti latihan yang pada awalnya memainkan musik dan sekarang dipercaya menjadi tokoh Bambangan.
Sementara itu, siswa kelas III jenjang SD yang berperan menjadi dalang, Nazwa menuturkan senang dengan wayang sejak tiga bulan terakhir. "Ini Cakil, kalau ini Janaka. Yang itu Dewi Kunti, terus Kresna, Anoman. Kalau ini yang paling besar Kumbakarna," ungkap dia seraya menunjuk satu per satu wayang yang sudah dia tata.
Harapannya, dari proses menggali potensi para siswa bisa menjadi branding bagi sekolah yang bertempat di selatan Masjid Madaniyah Karanganyar itu agar penuh dengan prestasi baik olahraga, seni budaya, dan keterampilan. Mengingat ketiga hal tersebut merupakan motto dari SLBN Karanganyar. (K. Setia Widodo)