logo

Sekolah Kita

SMA Muhammadiyah 2 Solo Pentaskan Fragmen Berbahasa Jawa

SMA Muhammadiyah 2 Solo Pentaskan Fragmen Berbahasa Jawa
Pementasan fragmen Roro Jonggrang oleh kelas X 2 SMA Muhammadiyah 2 Solo dalam acara Gelar Projek Kearifan Lokal yang diselenggarakan di Gedung Wayang Orang Sriwedari, Rabu (14/12/2022). (Eduwara/K.Setia Widodo )
Setyono, Sekolah Kita15 Desember, 2022 17:08 WIB

Eduwara.com, SOLO – Generasi muda sekarang ini dinilai kurang memerhatikan bahasa Jawa. Walaupun tinggal di Kota Solo yang menjadi jantung budaya Jawa, mayoritas belum bahkan tidak mengetahui penggunaan secara baik dan benar dari bahasa Jawa ragam ngoko, krama inggil, hingga kosa katanya.

Hal itulah yang ingin ditepis Sekolah Menengah Atas (SMA) Muhammadiyah 2 Solo melalui Gelar Projek Kearifan Lokal yang diselenggarakan di Gedung Wayang Orang Sriwedari, Rabu (14/12/2022). Kegiatan itu dalam rangka Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) dan mengambil judul Mencegah Pendangkalan Bahasa Jawa di Kalangan Siswa SMA Muhammadiyah 2 Solo melalui Pementasan Fragmen Berbahasa Jawa.

Kepala Sekolah SMA Muhammadiyah 2 Solo Sri Darwati dalam sambutannya mengataka  kegiatan tersebut bertujuan agar siswa tidak gamang untuk menggunakan bahasa Jawa.

"Melalui kegiatan P5 Kearifan Lokal ini diharapkan para siswa tidak ragu menggunakan bahasa Jawa, karena acara ini bertujuan mendiadakan pendangkalan bahasa Jawa khususunya tingkat tutur ngoko dan krama alus," ujar dia.

Melalui kegiatan itu pula, dia mengajak seluruh pihak untuk merawat dan melestarikan bahasa Jawa yang ada di Kota Solo. Kemudian, terdapat tiga fragmen cerita berbahasa Jawa yang akan ditampilkan yakni Roro Jonggrang, Rembulan Wungu, serta Jaka Tarub di mana seluruhnya dimainkan oleh siswa-siswi kelas X.

Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kota Solo, Joko Riyanto mengapresiasi kegiatan itu karena SMA Muhammadiyah 2 Solo turut melestarikan budaya yang mana sekarang ini sedikit sekali yang mencintainya.

"Maka Muhammadiyah menggunakan budaya sebagai dakwah kultural. Tutur bahasa, unggah-ungguh, tepa slira adalah penting terlebih lagi para siswa mau melestarikan budaya adiluhung ini sehingga nantinya tidak hanya menjadi orang yang pintar, namun juga berkarakter dan berbudi pekerti luhur," jelas dia.

Hal itu, sambung dia, dikarenakan generasi muda sekarang ini kurang memahami unggah-ungguh, tepa slira, serta tutur bahasa Jawa yang baik dan benar. Oleh karena itu, dirinya mendukung dan memberi apresiasi kepada semua yang terlibat.

Media Pembelajaran Siswa

Penanggung Jawab Kegiatan, Suryan Abdul Mujib menuturkan judul yang diusung menjadi media pembelajaran bagi seluruh warga sekolah terlebih siswa.

"Mayoritas siswa SMA Muhammadiyah 2 Solo adalah orang Jawa. Dalam kesehariannya di sekolah pun menggunakan bahasa Jawa, tapi bahasa Jawa yang keliru. Antara krama dan ngoko belum bisa membedakan. Bagi orang yang benar-benar berbahasa Jawa kan agak gimana gitu. Jadi kami mengangkat judul tersebut melalui sebuah proses penampilan fragmen," ujar dia kepada Eduwara.com, Rabu (14/12/2022) di sela-sela acara.

Penampilan fragmen menurut dia menjadi wahana agar siswa tetap semangat dalam belajar bahasa Jawa yang baik dan benar. Terkadang kalau hanya sekadar diajarkan para siswa tidak terbiasa, berbeda dengan fragmen pertunjukan yang juga menggunakan naskah-naskah berbahasa Jawa.

"Dari naskah cerita yang menggunakan bahasa Jawa ragam ngoko hingga krama alus secara otomatis mereka belajar dan juga menghafal. Menghafal juga harus mengetahui artinya," tambah dia.

Proses latihan dalam persiapan pementasan pun mengajarkan agar siswa bertoleransi dan kerja sama. Selain itu, mereka juga belajar teknik peran serta mengetahui cerita-cerita rakyat dan juga cerita sejarah. (K. Setia Widodo)

Read Next