logo

Sekolah Kita

Tingkatkan Pembelajaran, SMA Muhammadiyah 1 Solo Gelar Workshop Pembelajaran Sosial Emosional dan Praktik Baik

Tingkatkan Pembelajaran, SMA Muhammadiyah 1 Solo Gelar Workshop Pembelajaran Sosial Emosional dan Praktik Baik
Kepala sekolah SMA Muhammadiyah 1 Solo Rahayuningsih memberikan sambutan dalam acara Workshop Pembelajaran Sosial Emosional dan Praktik Baik, Rabu (9/3/2022). (Eduwara/M.Diky Praditia)
M. Diky Praditia, Sekolah Kita10 Maret, 2022 07:27 WIB

Eduwara.com, SOLO – SMA Muhammadiyah 1 Solo menggelar workshop Pembelajaran Sosial Emosional dan Praktik Baik dalam kerangka program Merdeka Belajar Merdeka Mengajar. Bertempat di Aula sekolah, acara tersebut diikuti oleh seluruh tenaga pendidik  SMA Muhammdiyah 1 Solo.

Kepala Sekolah SMA Muhammadiyah 1 Solo, Rahayuningsih menjelaskan Workshop  tersebut dilaksanakan selama dua hari, Rabu-Kamis (9/3/2022—10/3/2022). Hari pertama  diisi oleh Muhari, Pengawas Dinas Pendidikan Jawa Tengah Cabang VII sebagai pemateri Workshop Pembelajaran Sosial Emosional. 

“Untuk hari kedua, saya sendiri yang akan mengisi, memberikan materi tentang pembuatan praktik baik dan berbagi praktik baik,” kata Rahayuningsih saat ditemui sebelum acara dimulai, Rabu (9/3/2022).

Lebih lanjut, dia mengatakan, SMA Muhammadiyah 1 Solo sebagai sekolah penggerak berusaha menciptakan sekolah ramah anak dan sekolah anti perundungan. 

“Dengan adanya Pembelajaran Sosial Emosional, guru diharapkan lebih bisa mengelola emosi. Guru dapat mengetahui bagaimana menghadapi siswa yang karakternya beragam,” terang Rahayuningsih.

Adapun workshop Praktik baik, tambah dia, diperlukan untuk meningkatkan hal-hal baik dan memperbaiki hal-hal yang kurang baik dalam pembelajaran. 

“Setiap guru, dalam pembelajaran pasti ada hal-hal baik dan kurang baik. Untuk hal yang kurang baik ini, kita perbaiki, dicari akar masalah, dan dicari solusinya agar menjadi lebih baik lagi,” jelas dia.

Menurut Rahayuningsih, yang dimaksud praktik baik adalah hal-hal sudah mempunyai hasil yang luar biasa baik. Dirinya memisalkan, seorang guru mengajarkan dengan metode pengajaran tertentu, sebelum menggunakan metode tersebut, siswa tidak mudah paham dan tidak semangat belajar. Namun, setelah menggunakan metode tertentu tersebut, siswa berubah menjadi semangat belajar dan tertarik belajar.

“Hasil yang baik itu kemudian ditulis menjadi pengalaman praktik baik. Mulai dari situasinya seperti apa, aksinya bagaimana, refleksinya bagaimana,” ujar kepala sekolah.

Rahayuningsih menambahkan, setelah praktik baik itu ditulis, guru harus menceritakan dan membagikan praktik baik itu kepada guru lain. Kepada komunitas praktisi atau musyawarah guru mata pelajaran (MGMP).

Di sisi lain, Muhari menuturkan, guru sebagai manusia biasa hakikatnya mempunyai dua jenis emosi, yaitu emosi positif dan emosi negatif. “Emosi positif contohnya senang, semangat, dan bergairah. Emosi negatif contohnya sedih, menyesal, kecewa, dan pesimis,” beber dia.

Dengan Pembelajan Sosial Emosional, diharapkan emosi yang diterapkan oleh para guru adalah emosi-emosi positif. Sehingga guru melaksanakan pembelajaran dengan penuh semangat dan berpikir positif. 

“Setelah guru mengeluarkan emosi positif, harapnnya bisa menularkan kepada siswa. Siswa menjadi giat belajar, memiliki semangat dan optimisme dalam melaksanakan pembelajaran,” jelas Muhari. 

Read Next