Bagikan:
Bagikan:
Eduwara.com, JOGJA - Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta terus mendorong terbentuknya Komisi Etik Penelitian yang terakreditasi dan bersertifikasi internasional. Ke depan, Komisi Etik Penelitian dikembangkan di setiap masing-masing rumpun ilmu yang ada di lingkungan UGM.
"Tahun ini kita akan ajukan akreditasi Komisi Etik Penelitian agar semakin terpercaya dan terstandar sehingga menjamin subjek penelitian dan para penelitinya," kata Wakil Rektor Bidang Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat UGM Ika Dewi Ana, dalam rilis Rabu (15/6/2022).
Ika menyebutkan saat ini Komisi Etik bidang Kedokteran dan Kesehatan telah mendapat sertifikasi. Untuk Komisi Etik bidang ilmu lainnya terus didorong memperoleh akreditasi.
"Keberadaan komisi etik yang sudah terakreditasi akan semakin mendorong para peneliti untuk mengedepankan etika dan integritas dalam setiap proses penelitian, kegiatan pengabdian kepada masyarakat, dan publikasi," lanjutnya.
UGM ingin bidang penelitian dan pengabdian semakin hari semakin berkualitas dan bermanfaat bagi masyarakat. Hal ini menurut Ika tidak lepas dari cara menyelenggarakan penelitian itu sendiri.
Etika dan Integritas Penelitian
Ika mengakui memang tidak mudah menegakkan etika dan integritas dalam setiap penelitian sehingga diperlukan keberadaan komisi etik tersebut.
Dosen Fakultas Biologi Bambang Retno Aji menuturkan nilai etika, integritas, tanggung jawab, kejujuran sangat diperlukan dalam pelaksanaan penelitian dan publikasi.
"Data penelitian harus bisa dipertanggungjawabkan tingkat orisinalitasnya untuk mendapatkan data itu. Lalu perlakukan terhadap objek seperti apa. Semua data tersebut harus tervalidasi," jelasnya.
Selain itu, peneliti diharuskan menjaga kerahasiaan penelitiannya serta memperhitungkan dampak penelitian bagi lingkungan terutama untuk penelitian sains.
Penelitian pada modifikasi genetik untuk sebuah spesies atau mikroorganisme harus dijaga dengan ketat tingkat keterisolasiannya di laboratorium karena apabila dilepas sembarang bisa berdampak pada lingkungan.
"Jika mikroorganisme itu ternyata tahan antibiotik atau hewannya bereproduksi, tentu berdampak signifikan pada lingkungan," tutupnya.