Bagikan:
Bagikan:
Eduwara.com, JAKARTA – Persoalan waktu pelaksanaan selalu ditemukan dalam setiap program yang dilakukan untuk penguatan pendidikan vokasi. Tak hanya itu, pendanaan program terutama pencairan yang lambat atau tak tepat waktu bisa menggangu jadwal kegiatan program.
Hal ini diungkap dalam Survei Penguatan Pendidikan Vokasi yang dilakukan oleh Lembaga Survei Indikator sepanjang 28 November hingga 2 Desember 2021.
Ahmad Kamil selaku peneliti Indikator memaparkan, dari hasil survei diketahui bahwa semua program yang dilaksanakan oleh Direktorat Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), yang merupakan unit organisasi Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi (Ditjen Vokasi), mendapatkan respon baik dan diketahui oleh insan pendidikan di jenjang SMK.
“Hampir tidak ada sekolah maupun para pendidik yang tidak tahu tujuan program-program yang dijalankan di SMK,” kata Ahmad Kamil dalam Webinar Silaturahmi Merdeka Belajar yang digelar oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) di kanal YouTube, Kamis (13/1/2022).
Namun demikian, kendala yang masih ditemukan adalah terkait persoalan waktu dalam setiap pelaksanaan program dan pendanaan program, terutama pencairan yang lambat atau tidak tepat waktu.
“Persoalan sosialisasi dan koordinasi untuk semua stakeholder juga selalu ditemukan dalam setiap program,” ujar Kamil.
Merespon temuan ini, Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi Kemendikbudristek Wikan Sakarinto mengakui bahwa memang terdapat kendala terkait keterbatasan waktu.
“Pada 2021 kami meluncurkan SMK Pusat Keunggulan (PK) di bulan Maret, setelah itu seleksi, jadi hanya punya 5-6 bulan untuk melaksanakan ketuntasan program. Untuk tahun ajaran 2022/2023, SMK PK ini sudah membuka pendaftaran sejak Desember 2021. Diharapkan ketuntasan programnya bisa 10 bulan bersih. Rata-rata memang mengalami keterlambatan waktu. Ke depannya kami terus berinovasi dan akan rilis lebih awal,” tutur Wikan dalam webinar bertajuk “Mewujudkan SDM Unggul Melalui SMK Pusat Keunggulan dan Kampus Merdeka Vokasi”.
Walaupun begitu, Wikan menilai semangat dan gairah dari para kepala dan guru SMK di seluruh Indonesia untuk melaksanakan sejumlah program dan inovasi seperti SMK PK dan juga kurikulum prototipe terbilang sangat tinggi.
“Saya melihat di daerah-daerah, mereka sangat antusias dan bersemangat dalam menjalankan berbagai terobosan dan inovasi,” tutur Wikan.
Lebih lanjut dipaparkan Wikan, sejumlah program penguatan yang dilakukan Direktorat Jenderal Vokasi untuk SMK membuahkan hasil yakni persentase keterserapan lulusan SMK pada tahun ajaran 2021/2022 yang melanjutkan ke Pendidikan Tinggi meningkat sebesar 2,16 persen, dari sebelumnya pada tahun ajaran 2019/2020 sebesar 23,52 persen dan pada tahun ajaran 2020/2021 menjadi 25,68 persen.
Sedangkan pada tahun ajaran 2020/2021, persentase keterserapan lulusan yang berwirausaha sebesar 16,83 persen atau terjadi peningkatan sebesar 1,07 persen dibandingkan tahun ajaran 2019/2020 yang sebesar 15,76 persen.
“Pada tahun ajaran 2020/2021 jumlah lulusan yang bekerja sebesar 57,49 persen. Sedangkan pada tahun ajaran 2019/2020 jumlah lulusan yang bekerja sebesar 60,73 persen. Penurunan ini tak dapat dipungkiri adalah karena imbas pandemi Covid-19 sehingga menyebabkan terjadi penurunan jumlah lulusan yang bekerja yakni sebesar 3,42 persen,” papar Wikan.