Bagikan:
Bagikan:
Eduwara.com, DEPOK – Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit menular yang paling mematikan yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Di dunia, terdapat lebih dari 4100 orang meninggal dunia dan hampir 30.000 orang tertular penyakit ini pada setiap harinya.
Bertepatan dengan Hari TB sedunia 24 Maret, RSUI menggelar Webinar Bicara Sehat Spesial Hari Tuberkulosis Sedunia dan Kick Off Pembukaan Layanan Tuberkulosis Resisten Obat (TB RO), Kamis (24/3/2022).
Direktur Utama RSUI Astuti Giantini mengatakan, pada awal tahun 2022 RSUI dipacu oleh Dinas Kesehatan Kota Depok untuk melayani TB RO bagi pasien TB RO di Kota Depok dan sekitarnya. Dikatakan Astuti, berdasarkan Data Global TB Report, terjadi 24 ribu insiden TB. Ini berarti ada 8,8 kasus per 100 ribu penduduk.
Lebih lanjut dipaparkan Astuti, berdasarkan Data Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat sejak Januari hingga Juni 2021 terdapat 657 kasus TB RO. Sedangkan di RSUI terdapat beberapa kasus yang awalnya tidak bisa ditangani di RSUI namun sekarang sudah bisa ditangani.
“Hari ini kami meresmikan layanan TB RO di RSUI. Kami memiliki sumber daya manusia yang mumpuni dan juga sarana prasarana yang memadai untuk membuka layanan TB RO. Ada dokter spesialis paru, ada ahli gizi, poliklinik mikrobiologi untuk menganalisa TB, dan juga radiologi yang memanfaatkan teknologi artificial intelligence. Kami juga memiliki ruang rawat inap untuk pasien TB RO,” papar Astuti dalam Webinar Bicara Sehat Spesial Hari Tuberkulosis Sedunia dan Kick Off Pembukaan Layanan Tuberkulosis Resisten Obat (TB RO), Kamis (24/3/2022).
RSUI juga bertekad untuk melibatkan segenap fakultas terkait lainnya guna mengembangkan layanan TB RO di RSUI. Dengan demikian RSUI dapat memberikan layanan TB RO yang maksimal dan bisa diakses oleh segenap warga Depok dan sekitarnya.
“Bagi warga Depok yang dahulu untuk akses pengobatan kasus TB RO harus jauh-jauh ke RS Persahabatan atau RS lainnya, saat ini bisa di RSUI. Tidak usah jauh-jauh dan tentunya kami berharap dapat berkontribusi mengurangi angka TB RO di Indonesia,” tutur Astuti.
Bermanfaat
Asisten Pemerintahan, Kesejahteraan Sosial pada Sekretariat Daerah Kota Depok Sri Utomo menyambut baik dan mengucapkan terima kasih atas layanan TB RO di RSUI. Sebagai penyakit menular yang ada di dunia, kasus penularan TB masih terbilang cukup tinggi.
Berdasarkan data World Health Organization (WHO), terdapat dua juta pendududk di dunia yang terkena TB. Sebagian besar di negara berkembang termasuk Indonesia.
Akses menuju fasilitas kesehatan yang dapat melayani pasien TB RO menjadi salah satu kendala penuntasan. Di Provinsi Jawa Barat hanya ada sembilan rumah sakit yang bisa melayani kasus TB RO.
“Oleh karena itu RSUI didorong untuk membuka layanan TB RO. Dengan demikian warga Depok tidak perlu berobat jauh-jauh dari rumah. Yang biasanya berobat di Jakarta atau Bogor, saat ini bisa mengakses pengobatan di RSUI,” papar Sri Utomo.
TB Resistan Obat (TB RO) atau TB Kebal Obat disebabkan oleh jenis kuman TB yang sama namun sudah kebal terhadap obat lini 1. Oleh karena itu penanganannya menjadi lebih sulit.
Diagnosis memerlukan pemeriksaan lebih canggih. TB RO tidak dapat diobati dengan obat TB biasa, dan harus menggunakan obat lain yang disebut Obat Anti TB Lini 2 (OAT Lini 2).
Pengobatan TB Resistan Obat lebih lama (paling sedikit 9 - 24 bulan). Jika tidak diobati dengan tepat, kuman dapat semakin kebal dan tidak ada lagi obat untuk menyembuhkannya.