Bagikan:
Bagikan:
Eduwara.com, KLATEN – Langkah Pak Welas terhenti ketika melihat induk burung yang terluka akibat ulah pemburu. Dia bimbang antara melanjutkan perjalanan ke pelabuhan untuk berdagang di pulau seberang atau merawat burung itu hingga pulih.
Temannya, Pak Joyo mengingatkan agar cepat-cepat ke pelabuhan agar tidak tertinggal kapal. Namun, Pak Welas memilih merawat induk burung itu barang sebentar dan mempersilahkan Pak Joyo untuk berangkat terlebih dahulu.
Setelah memberikan pertolongan sementara, Pak Welas sesegera mungkin menuju pelabuhan seraya membawa si induk burung. Tetapi kapal yang akan mengantarkannya mengais rezeki sudah melaut. Dia pun pulang ke rumah tanpa membawa hasil.
Demikianlah awal cerita dari drama yang dimainkan oleh sekelompok anak yang tergabung dalam Sanggar Bocah Jawa dalam acara Pelepasliaran Burung: Melestarikan Flora dan Fauna Demi Anak Cucu, Minggu (20/11/2022).
Acara yang sudah menginjak tahun keempat tersebut diselenggarakan di halaman Sanggar Bocah Jawa tepatnya di Dukuh Sekaran, Desa Banaran, Kecamatan Delanggu, Klaten.
Walaupun dibawakan secara sederhana, penonton terlihat sangat menikmati pertunjukan yang berjudul Tindak Becik Satemene Kanggo Awake Dhewe itu. Gelak tawa serta tepuk tangan orang-orang yang hadir sesekali pecah ketika mendengar percakapan-percakapan yang menggelitik.
Sahutan penonton pun menjadikan pementasan terasa cair yang secara tidak langsung menjadikan anak-anak leluasa dalam beradu peran. Terlebih lagi ketika Pak Welas dan istrinya mendapatkan imbalan berupa emas di dalam buah pepaya yang mereka tanam karena ikhlas merawat induk burung hingga benar-benar pulih.
Pemeran Bu Welas, Felita Septyana Rahmasari, menuturkan proses latihan tidak memakan waktu lama, hanya memerlukan waktu dua hari.
“Proses latihan mulai dilakukan sejak dua hari sebelumnya. Saya senang sekaligus deg-degan. Senang karena bisa tampil di depan banyak orang. Kalau deg-degan ya karena takut salah dialog,” kata dia ketika diwawancarai Eduwara.com, Minggu (20/11/2022) selepas pementasan.
Felita mengaku tidak menyangka jika para penonton sangat mengapresiasi pertunjukan tersebut. Dia mengira para penonton tidak akan memberikan tanggapan-tanggapan secara spontan seperti tepuk tangan dan gelak tawa. Oleh karena itu, dia bersyukur pementasan bisa berjalan dengan lancar.
Ketua Pelestari Burung Indonesia (PBI) Cabang Klaten Supriyanto menuturkan, nilai-nilai yang terkandung dalam pementasan drama itu akan masuk ke memori anak-anak dan membawa mental baik apabila mereka tumbuh dewasa.
“Segala macam edukasi akan berguna bagi anak-anak. Kesempatan tahun ini memberi angin segar kepada kita semua, dan akan kami haturkan kepada ketua PBI Pusat,” beber dia.
Perwakilan panitia, Paryanto mengatakan pelibatan anak-anak dalam acara tahunan itu sangat penting. Menurut dia anak-anak harus diajari berinteraksi dengan orang lain seperti orang yang lebih dewasa agar tumbuh rasa percaya diri.
“Hal ini penting dilakukan, sehingga ketika dilatih bersosialisasi dengan bapak-bapak, ibu-ibu, maupun kakak-kakaknya yang lebih dewasa, mereka akan lebih percaya diri. Kemudian agar mereka juga mudah berinteraksi dengan dunia yang lebih luas setelah dewasa nantinya,” ujar dia.
Paryanto menambahkan, pelibatan anak-anak juga tidak terlepas dari salah satu tujuan diadakannya acara pelepasliaran burung.
Anak-anak atau generasi muda, sambung dia, perlu diberikan contoh dalam upaya pelestarian alam dengan harapan mereka senantiasa ingat contoh-contoh baik yang sudah diberikan terlebih melalui acara pelepasliaran burung itu. (K. Setia Widodo)