logo

Kampus

Tak Cukup Sarjana, Mahasiswa Diminta Kejar Jenjang Lebih Tinggi

Tak Cukup Sarjana, Mahasiswa Diminta Kejar Jenjang Lebih Tinggi
Di hadapan mahasiswa baru Prodi Administrasi Publik Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Rektor UWMY Edy Suandi Hamid, Senin (12/9/2022) meminta mahasiswa ke depan tidak berhenti pada program sarjana. Harus ada rencana dan optimis meraih pendidikan pascasarjana. (EDUWARA/Dok. UWMY)
Setyono, Kampus12 September, 2022 21:25 WIB

Eduwara.com, JOGJA – Rektor Universitas Widya Mataram Yogyakarta (UWMY)Rekror UM, meminta mahasiswa baru di kampusnya untuk tidak lagi menjadikan sarjana sebagai patokan pendidikan tertinggi. Dirinya meminta mereka untuk mengejar hingga ke jenjang yang lebih tinggi.

"Mahasiswa harus berpikir jangka panjang sejak hari pertama kuliah. Membangun optimistik tentang rencana meneruskan ke pendidikan pascasarjana. Tinggalkan pikiran, karena orang tua miskin, lulus sarjana sudah bagus. Itu tidak berlaku lagi," kata Edy saat membuka kuliah perdana di kampus terpadu UWMY di Sleman, Senin (12/9/2022).

Baginya, dengan rasa optimis yang dibangun sejak awal, maka rencana untuk kuliah ke jenjang lebih tinggi akan terbuka lebar. Salah satunya adalah dengan melalui beasiswa.

"Saya kuliah S1, S2, dan S3 biaya dari beasiswa. Berpikir usai S1 kuliah lagi S2 dan S3, cari beasiswa," kata Edy saat berbagi pengalaman dengan mahasiswa barunya.

Baginya, kuliah disambi bekerja itu bukanlah sebuah persoalan pelik. Namun hal ini merupakan sesuatu yang bagus asalkan didukung dengan syarat harus disiplin waktu.

Dia mengaku meskipun memiliki kelebihan finansial saat mahasiswa dulu, namun dirinya memutuskan untuk kuliah sambil bekerja, sekaligus menjadi aktivis di organisasi kampus dan organisasi di luar kampus.

"Kuliah sambil bekerja itu bagus, syaratnya disiplin waktu, jangan sampai drop out kuliah," katanya di hadapan mahasiswa Program Studi Administrasi Publik Fakultas Ilmu Sosial dan Politik.

Dimulainya perkuliahan di gedung UWMY terbaru, menurut Edy, menjadi keberuntungan bagi mahasiswa baru karena ruangan cukup representatif untuk perkuliahan. Sebelumnya selama 40 tahun, UWMY menempati ruang-ruang di nDalem Mangkubumen yang didesain untuk calon raja Kerajaan Mataram.

Wakil Rektor Bidang Akademik Jumadi menyatakan, mahasiswa harus mengikuti perkembangan di luar kampus, termasuk perkembangan referensi atau rujukan kuliah.

Apabila tidak memungkinkan membeli buku, mahasiswa bisa mengakses berbagai jurnal berbayar maupun gratis sebagai pendukung mata kuliah.

"Kalau judul referensinya tahu, saya memiliki e-booknya, saya dengan senang hati untuk berbagi. Memanfaatkan teknologi internet untuk mencari referensi sebanyak-banyaknya," ungkapnya.

Tujuh kelas menjadi saksi pemakaian perdana ruang kelas di Kampus Terpadu UWMY. Kapasitasnya beragam, dari 32 sampai 60 kursi.

Ketua Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Pahrizal, mengatakan hari ini sebanyak 60 mahasiswa dari tiga program studi mengikuti mata kuliah Pengantar Sosiologi yang digabung dalam satu kelas.

Kuliah perdana di kampus baru tersebut nuansanya penuh semangat, baik dosen maupun mahasiswa. Sebagian besar mahasiswa sudah berada di kelas sebelum perkuliahan mulai. Sebagian dari mereka mondar-mandir mencari ruang kuliah karena belum hafal.

Read Next