logo

Sekolah Kita

Tingkatkan Kemampuan Literasi dan Bahasa pada Siswa, SMAN 1 Solo Gelar Lastrasa

Tingkatkan Kemampuan Literasi dan Bahasa pada Siswa, SMAN 1 Solo Gelar Lastrasa
Salah seorang siswa SMAN 1 Solo sedang menulis puisi yang merupakan wujud program Smansa Bersajak dalam acara Lastrasa, Kamis (27/10/2022), di SMAN 1 Solo. (EDUWARA/K. Setia Widodo)
Redaksi, Sekolah Kita27 Oktober, 2022 20:26 WIB

Eduwara.com, SOLO – Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 1 Solo menyelenggarakan Laskar Sastra Smansa (Lastrasa), Kamis (27/10/2022). Kegiatan tersebut merupakan gabungan dari peringatan puncak Bulan Bahasa dan Gerakan Literasi Sekolah (GLS).

Ketua Panitia, Felicia Daffina Alfatha mengatakan Lastrasa bertujuan untuk meningkatkan kemampuan literasi serta bahasa bagi siswa.

"Sebenarnya acara ini sudah dimulai sejak dua pekan lalu yang diisi dengan lomba-lomba. Jadi lomba diadakan pra-event, dan di puncak acara tinggal penampilan dan penyerahan hadiah kepada pemenang," kata Felicia Daffina kepada Eduwara.com, Kamis (27/10/2022), di sela-sela acara.

Lomba yang diselenggarakan, sambung dia, berangkat dari tiga bahasa. Pertama, lomba nembang yang menggunakan bahasa Jawa, story telling menggunakan bahasa Inggris, dan musikalisasi puisi dengan bahasa Indonesia. Selain itu, diadakan lomba melukis botol yang mewakili ranah seni.

Menurut Felicia, para siswa terlihat antusias mengikuti acara tersebut. Hal ini dibuktikan dengan jumlah dan effort siswa yang mengikuti lomba. Terlebih lagi ketika para siswa bersemangat untuk ikut meramaikan acara puncak Lastrasa.

Siswi kelas XI IPA 4 itu menambahkan, pelaksanaan Lastrasa dua tahun sebelumnya digelar secara daring mengingat masih tingginya pandemi Covid-19.

"Jadi Lastrasa tahun ini ibaratnya first time, diselenggarakan secara offline setelah pandemi. Kalau dulu mungkin sekadar mengadakan lomba karena pelaksanaannya daring. Namun, kali ini juga bisa menyediakan pameran, bazaar, mendatangkan guest star, dan penampilan-penampilan," jelas dia.

Lebih lanjut, Felicia memandang bahwa bahasa yang digunakan dalam sastra merupakan bahasa yang keren. Oleh karena itu, dia berpikir banyak teman-temannya yang ingin tahu mengenai sastra.

"Adanya Lastrasa ini, semoga mereka menjadi lebih tahu mengenai sastra seperti kosa kata yang digunakan. Juga kembali ke literasi lagi, karena literasi kan tidak harus dari buku, tetapi bisa dari media digital. Sehingga bisa mengoptimalkan media digital, dan juga yang paling penting adalah bisa lebih berekspresi menggunakan bahasa," terang dia.

Smansa Bersajak

Terkait pelaksanaan lomba yang menggunakan tiga bahasa, menurut salah seorang guru, Yustina Dwi Nuryati, hal tersebut merupakan upaya sekolah agar siswa tidak melupakan bahasa daerah dan monitoring sejauh mana mereka menguasai bahasa asing.

"Memang ini merupakan peringatan Bulan Bahasa Indonesia, tetapi kami mencoba bahwa para siswa jangan sampai lupa dengan bahasa daerah. Kemudian kami juga ingin tahu sejauh mana kemampuan siswa menguasai bahasa asing yang dalam hal ini adalah bahasa Inggris," ungkap dia.

Terkait dengan GLS, Yustina menuturkan di dalamnya terdapat program Smansa Bersajak Seribu Puisi untuk Negeri. Dalam Lastrasa 2022, program tersebut diselenggarakan dengan mendatangkan narasumber seorang penyair yakni Eko Setyawan dan menyediakan media berupa papan tulis untuk wahana berkekspresi para guru dan siswa, dengan cara menuliskan satu bait puisi.

GLS, lanjut dia, merupakan program tahunan yang selalu bermuara menjadi sebuah produk karya. Ketika pandemi Covid-19 pun, para siswa masih produktif mengikuti program GLS dan dibuktikan adanya karya berupa opini dan puisi yang dibukukan.

"Hal ini menjadi salah satu bukti bahwa siswa senang dengan GLS. Jika dibilang bahwa anak sekarang tidak suka membaca dan menulis, di SMAN 1 Solo karena sudah terprogam, maka kami mencoba memberikan wadah berapresiasi dalam bentuk menulis," beber dia.

Melalui GLS, lanjut Yustina, secara tidak langsung membentuk iklim literasi bagi siswa maupun guru. Iklim tersebut akan dilestarikan, sehingga siswa tetap suka dan menyempatkan diri untuk menulis. Karena itu, Yustina berharap, iklim literasi yang sudah terbangun di lingkungan sekolah bisa terus berkembang. Pun dengan pihak sekolah yang terus melakukan inovasi dan terobosan dalam program GLS.

"Yang tidak kalah penting adalah, kami dari pihak sekolah selalu mendengar aspirasi siswa melalui Bidang Bahasa di OSIS terkait program-program literasi yang akan dilakukan. Sehingga tidak hanya pihak sekolah yang merancang, namun siswa juga dilibatkan," pungkas dia. (K. Setia Widodo)

Read Next