logo

Kampus

90 Persen Pembayaran UKT Mahasiswa UGM Bersubsidi

90 Persen Pembayaran UKT Mahasiswa UGM Bersubsidi
Bincang-bincang tentang biaya pendidikan di UGM bersama Wakil Rektor Bidang Sumber Daya Manusia dan Keuangan UGM Supriyadi di Pojok Bulaksumur, Dekan Sekolah Vokasi UGM Agus Maryono dan Sekretaris Direktorat Kemahasiswaan UGM Hempri Suyatna. (EDUWARA/Dok. UGM)
Setyono, Kampus09 Februari, 2023 21:39 WIB

Eduwara.com, JOGJA - Sebanyak 90 persen mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) dipastikan membayar Uang Kuliah Tunggal (UKT) yang lebih rendah dibandingkan Biaya Kuliah Tunggal (BKT).

"90 persen mahasiswa membayar biaya kuliah per semester dengan besaran UKT yang telah disubsidi atau di bawah besaran BKT di program studi tempatnya menjalani studi," jelas Wakil Rektor Bidang Sumber Daya Manusia dan Keuangan UGM, Supriyadi, Kamis (9/2/2023).

Pemberian subsidi ini merupakan komitmen UGM mendukung mahasiswa untuk dapat menjalani perkuliahan hingga menamatkan pendidikan tinggi.

Supriyadi lantas memaparkan di perguruan tinggi, besaran BKT yang dibutuhkan untuk menyelenggarakan pendidikan bagi satu mahasiswa hingga lulus jumlahnya tidak sama antara program studi yang satu dengan program studi yang lainnya. Ini disesuaikan dengan kebutuhan proses pembelajaran yang juga berbeda.

"Ketika UKT sama dengan BKT itulah BEP (break even point)-nya. Kalau kita melihat profil mahasiswa UGM, UKT yang paling tinggi yaitu UKT 8. Besarannya ada yang sama dengan BKT, ada yang sedikit di bawahnya. Dan hanya 9,2 persen mahasiswa UGM yang masuk mendapat UKT tertinggi ini. Kita sudah melakukan subsidi agar proses pendidikan dapat terselesaikan dengan baik," terangnya.

Supriyadi melanjutkan, sekitar 20 persen mahasiswa UGM masuk dalam penerima UKT 0, UKT 1 dan UKT 2 dengan biaya kuliah per semester sebesar Rp 500 ribu dan Rp 1 juta.

"Jika di program studi tersebut BKT-nya 9 juta, dan mahasiswa hanya membayar 500 ribu, berarti subsidinya sebesar 8,5 juta," imbuhnya.

Dukungan Pembiayaan

Subsidi biaya kuliah bagi mahasiswa UGM ini, terang Supriyadi, tidak semuanya dibiayai oleh pemerintah. Selama ini, UGM menghimpun dukungan pembiayaan dari berbagai pihak, termasuk para orang tua mahasiswa, untuk menutup kebutuhan biaya yang jumlahnya tidak sedikit. 

"Untuk menyiapkan SDM berkompetensi baik bukan hal mudah. Tidak bisa dipungkiri bahwa kita harus punya sumber daya pendukung dari sisi keuangan dan fasilitas yang memadai untuk menyediakan berbagai macam kebutuhan," ucapnya.

Alhasil melalui kebijakan ini, Supriyadi memastikan selama ini tidak ada mahasiswa UGM yang drop out karena tidak mampu membayar uang kuliah.

Dekan Sekolah Vokasi UGM, Agus Maryono, menerangkan bahwa solidaritas dari para orang tua mahasiswa selama ini banyak memberikan kontribusi bagi pengembangan Sekolah Vokasi.

"Ketika kemarin ada sumbangan sukarela, Sekolah Vokasi peringkat kedua penerima sumbangan dari seluruh fakultas. Berarti solidaritas orang tua untuk pengembangan UGM saya yakin ada," ucapnya.

Sekretaris Direktorat Kemahasiswaan UGM, Hempri Suyatna, menjelaskan selain memberikan subsidi dalam biaya perkuliahan yang harus dibayarkan oleh mahasiswa, UGM masih mengalokasikan berbagai dukungan pembiayaan bagi mahasiswa berupa beasiswa.

"Pada 2022 kita mengelola beasiswa dari 165 mitra dengan total Rp 304 miliar. Per Januari ini kita juga sudah mengucurkan beasiswa untuk satu semester ke depan sebesar Rp 87 miliar," tuturnya.

Tak hanya itu, UGM juga memberi bantuan keringanan UKT rata-rata sebesar Rp 20 miliar.

Read Next