Ditjen Kursus dan Pelatihan Luncurkan Program PKK dan PKW Tahun 2022

29 Maret, 2022 19:02 WIB

Penulis:Redaksi

Editor:Ida Gautama

29032022-Kemendikbudristek Dirjen Diksi.jpg
Dirjen Pendidikan Vokasi, Wikan Sakarinto dalam Peluncuran Program PKK dan PKW Tahun 2022, Selasa (29/3/2022). (You Tube Kursuskita)

Eduwara.com, JAKARTA – Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP) memiliki keunggulan dalam sifat yang fleksibel dan kecepatan waktu belajar dibanding Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan perguruan tinggi vokasi. Hal itu menawarkan peluang yang cukup signifikan untuk membenahi permasalahan Sumber Daya Manusia (SDM) bangsa.

Hal tersebut disampaikan Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi (Dirjen Diksi) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek), Wikan Sakarinto dalam Peluncuran Program Pendidikan Kecakapan Kerja (PKK) dan Pendidikan Kecakapan Wirausaha (PKW) Tahun 2022, Selasa (29/3/2022). Acara diselenggarakan Direktorat Kursus dan Pelatihan Ditjen Pendidikan Vokasi Kemendikbudristek melalui Zoom meeting dan siaran langsung You Tube Kursuskita.

Wikan melanjutkan, lembaga kursus maupun lembaga wirausaha akan didorong dengan link and match dalam pelaksanaan program. 

“Lembaga kursus yang akan bersinergi dengan PKK dan PKW akan didorong dengan link and match. Hal itu menjadi penekanan pelaksanaan program tersebut. Sehingga tidak hanya sekadar melatih dan memberi sertifikat, namun penyusunan kurikulum juga disusun bersama, sesuai kebutuhan, diberi pelatihan, hingga diserap oleh industri,” kata dia.

Selain capaian administratif, Wikan menegaskan capaian substantif juga harus diperhatikan. Output yang jelas memiliki dampak signifikan terhadap peningkatan kualitas SDM dan pengurangan pengganguran. Artinya, administratif terus dipertahankan dan substansi dan dampak akan terus ditingkatkan.

Dua Strategi Baru

Direktur Kursus dan Pelatihan, Wartanto mengatakan ada dua strategi baru yang digunakan dalam upaya mempercepat program PKK dan PKW 2022. Pertama, lembaga-lembaga kursus akan turun ke SMK, SMA, akademi komunitas, bahkan politeknik terdekat untuk sosialisasi kursus dan pelatihan.

Selain itu, sekaligus melakukan sedikit seleksi terhadap anak-anak yang tidak melanjutkan kuliah ataupun menganggur. Kedua, lembaga kursus akan merespon anak-anak terdekat yang mendaftar melalui aplikasi Ayo Kursus untuk diajukan mengikuti program PKK dan PKW.

Dia optimis kedua hal tersebut akan mempercepat program PKK dan PKW 2022. Terlebih lagi dana yang disediakan untuk program PKK dan PKW juga ditambah.

“Kami tidak banyak mendidik orang yang nantinya untuk mencari pekerjaan, namun mendidik anak-anak yang bisa memberdayakan potensi Indonesia sekaligus menciptakan lapangan pekerjaan melalui program kewirausahaan,” jelas dia.

Sementara itu, ketentuan-ketentuan yang sudah diterapkan sebelumnya tetap digunakan. Misalnya usia peserta didik PKK dan PKW tidak boleh lebih dari 25 tahun. Walaupun lebih satu haripun akan ditolak oleh sistem aplikasi Ayo Kursus. Hal itu merupakan konsensus Menteri Pendidikan, Menko Perekonomian, serta pengamat sosial. 

Kemudian, lembaga penyelenggara wajib memiliki kerja sama dengan dunia usaha atau industri, UMKM, platform digital, dan unit-unit keuangan. Tanpa adanya kerja sama maka akan ditolak.

Lebih lanjut, proses pembelajaran akan dimonitor melalui aplikasi dengan mewajibkan menghidupkan pewaktu dalam sistem. Sehingga jika targetnya 20 jam pelajaran, akan dapat dikontrol. Kemudian semua pertanggungjawaban keuangan hanya dimasukkan melalui aplikasi dan tidak perlu menggunakan kertas tetapi dengan video.

“Pola seperti ini kami pertahankan selama tiga tahun dan mendapatkan apresiasi yang luar biasa. Harapan kami program ini capaiannya lebih tinggi. Ditargetkan, program PKK di atas 50 persen, sedangkan PKW tetap 85 persen dengan catatan tahun ini jangan sampai kurang dari 75 persen. Maka perlu pembimbingan secara berkelanjutan,” pungkas dia. 

(K. Setia Widodo)