Kedaireka Diyakini Bisa Dorong Penghiliran Inovasi dari Kampus

11 November, 2021 06:59 WIB

Penulis:Bunga NurSY

Editor:Bunga NurSY

kedaireka.jfif
Tampilan platform Kedaireka. (Istimewa)

Eduwara.com, BALIKPAPAN—Pemerintah optimistis platform digital Kedaireka bakal menjawab tantangan banyaknya produk inovasi kampus yang tidak bisa terhilirisasi secara optimal.

Hal ini terungkap dalam Strategic Talk “Innovation and Collaboration through Kedaireka” yang diselenggarakan Kantor Atase Pendidikan dan Kebudayaan (Atdikbud) Canberra bekerja sama dengan Indonesian Academics and Researchers Network Australia (IARNA) secara daring, baru-baru ini.

Atase Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia di Canberra, Mukhamad Najib, menyampaikan bahwa selama ini ada kesenjangan lebar antara penelitian di kampus atau lembaga penelitian dengan kebutuhan industri. 

“Industri sering kesulitan mengadopsi temuan penelitian di kampus, salah satunya karena penelitian di kampus dianggap belum memenuhi kebutuhan dunia industri,” jelasnya dalam siaran pers Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, Rabu (10/11/ 2021).

Dia pun berharap, Kedaireka bisa menjadi penghubung antara kebutuhan industri dengan hasil penelitian di kampus, sehingga hilirisasi bisa terjadi dengan baik. 

Ketua Tim Kerja Akselerasi Kampus Merdeka dan Koordinator Kedaireka Achmad Adhitya mengungkapkan bahwa pemerintah sangat mendorong pengembangan inovasi sebagai kekuatan penting dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi. 

Adhitya juga menjelaskan bahwa Kebijakan Transformasi Dana Pemerintah untuk Pendidikan Tinggi yang telah diresmikan Presiden Joko Widodo, ditujukan untuk mendukung Kampus Merdeka dan setelahnya dilanjutkan dengan peluncuran Kedaireka.

“Salah satu tantangan dalam ekosistem inovasi di Indonesia adalah keterbatasan akses. Dari 3.000 kampus yang dijajaki, hanya 5% kampus yang memiliki akses untuk bekerja sama dengan industri secara berkelanjutan. Jadi, artinya  ada 95% kampus yang kesulitan untuk mendorong agar hasil penelitiannya termanfaatkan oleh industri” jelas Adhitya.

Saat ini, tambah Adhitya, sudah ada 3.143 perusahaan yang tergabung dalam platform Kedaireka dan secara organik, hampir 40 perusahaan yang bergabung setiap harinya. “Perusahaan terdiri dari perusahaan multinasional, nasional, maupun perusahaan daerah,” ucap Adhitya.

Selain itu, dilanjutkan Adhitya, Kedaireka juga tengah mendorong kolaborasi dengan lembaga internasional melalui diaspora “Totalnya, sudah ada 20.548 pengguna terdaftar di platform Kedaireka, 1.050 proposal matching fund dengan total nilai yang diajukan sebesar Rp1,4 triliun, dan kontribusi industri sebesar Rp1,1 triliun,” ungkap Adhitya.

Dosen IPB Penerima Hibah Kedaireka Meika Smyahbana Rusli, menilai Kedaireka merupakan salah satu solusi untuk memfasilitasi kolaborasi kampus dan industri.

IPB, diakui Meika, pada 2021 menerima hibah sebesar Rp24 miliar dari Kemendikbudristek dan Rp34 miliar dari perusahaan swasta, sehingga totalnya dana hibah yang didapatkan berjumlah hampir Rp60 miliar. “Dana sebesar itu untuk membiayai 34 proposal hilirisasi temuan-temuan yang sudah dimiliki oleh IPB,” tutur Meika.

Chief Scientific Officer dan Managing Director Liptek Pty Ltd Australia, Ines Irene Atmosukarto, mengatakan bahwa dirinya berusaha menghubungkan temuan sains Australia dan Indonesia. 

“Di Australia sendiri, matching fund seperti Kedaireka cukup banyak tersedia, seperti Commercial Ready dan Biotechnology Innovation Fund yang dananya berasal dari pemerintah Australia. Sebagai pihak industri, saya merasakan matching fund dari pemerintah Australia sangat berguna, karena dapat membantu perusahaan-perusahaan di Australia berinovasi,” ucap Ines.

Selain itu, dijelaskan Ines, ada program researcher in industry, yaitu ketika suatu organisasi memiliki masalah yang spesifik, maka ada hibah khusus dari Pemerintah Australia yang mengizinkan organisasi bekerja sama dengan npeneliti dari perguruan tinggi untuk menjawab masalah tersebut.

“Kerjasama Lipotek sendiri sebagai perusahaan yang bergerak dalam bidang pengembangan vaksin dengan Indonesia sudah cukup banyak, seperti dengan PT Bio Farma, Eijkman Institute, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Universitas Padjajaran, dan Rumah Sakit Hasan Sadikin. Saat ini kami melakukan co-development bersama Bio Farma untuk mengembangkan vaksin tuberkolosis,” tambah Ines.