Ketua APTISI Wilayah Bali: Birokrasi Kampus Harus Dirampingkan

28 Maret, 2023 03:58 WIB

Penulis:Setyono

Editor:Ida Gautama

28032023-SEVIMA Aptisi Bali.jpg
Ketua Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (APTISI) Wilayah Bali, I Made Sukamerta memaparkan butir-butir pemikirannya dalam workshop Komunitas SEVIMA di Auditorium Universitas Pembinaan Masyarakat Indonesia (UPMI) Bali, Senin (27/3/2023). (EDUWARA/Dok. SEVIMA)

Eduwara.com, JOGJA – Ketua Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (APTISI) Wilayah Bali, I Made Sukamerta menilai belum rampingnya birokrasi dan sistem yang diterapkan di berbagai perguruan tinggi di Indonesia berdampak belum banyaknya lulusan yang mampu menghadirkan revolusi.

"Para lulusan berbagai perguruan tinggi baik negeri maupun swasta, setelah pasca Soekarno-Hatta lebih banyak terjebak dalam zona keilmuan masing-masing," kata Sukamerta dalam workshop Komunitas SEVIMA di Auditorium Universitas Pembinaan Masyarakat Indonesia (UPMI) Bali, Senin (27/3/2023).

Banyaknya lulusan kampus yang sibuk dengan dunia keilmuan dan bidang studinya sendiri sangat disayangkan. Padahal, Indonesia dulu bisa merdeka karena intelektual mudanya, seperti Soekarno dan Hatta, berani memimpin revolusi dan tidak terjebak zona keilmuan masing-masing.

Menurunnya kondisi ini diciptakan oleh struktur birokrasi yang kerap menjadi tantangan di Indonesia. Sukamerta mencontohkan ketika mahasiswa memiliki gagasan brilian, ia harus memperoleh persetujuan dari program studi, fakultas, hingga rektorat.

"Akibatnya fatal, ide dan jiwa kepemimpinan mahasiswa bisa terhambat," tegasnya.

Karenanya untuk melahirkan lulusan yang berani merevolusi dan berinovasi, birokrasi harus dirampingkan. Kehadiran sistem akademik yang bagus, menurutnya, dapat membantu kampus beradaptasi dan mengimplementasikan regulasi yang ada di Indonesia.

"Sehingga perizinan dapat dilakukan mahasiswa secara online lewat sistem, dibanding harus manual yang melelahkan baik mahasiswa maupun pimpinan kampus," ungkapnya.

Kehadiran struktur yang ramping dan pemanfaatan sistem, akan menjadikan kampus serta mahasiswa lebih lincah dalam berinovasi. Terlebih lagi di era digital ini, Sukamerta mengatakan mau tidak mau, suka tidak suka, pemangku kepentingan pendidikan Indonesia harus meningkatkan literasi dan kualitas pendidikan tinggi.

Dalam workshop yang dihadiri 200 Rektor se-Indonesia yang tergabung dalam Komunitas SEVIMA tersebut, Sukamerta membagikan tips sukses bagi kampus dalam mencetak generasi bangsa yang berani memimpin, demi mewujudkan Indonesia Maju.

Pertama yaitu tidak ada lagi kompetisi antar kampus, namun berkolabirasi sehingga mahasiswa bisa bisa saling bertukar gagasan dan pemikiran.

"Dengan kolaborasi dan kampus merdeka, tidak hanya ilmu pengetahuan kita yang maju karena multidisiplin," jelasnya.

Kualitas kampus di Indonesia dinilai berdasarkan akreditasi. Akreditasi tersebut di antaranya Unggul, Baik Sekali, dan Baik. Dulunya akreditasi ini biasa dikenal dengan urutan nilai A-B-C. Untuk mencetak pemimpin yang unggul, Sukamerta mendorong kampus perguruan tinggi berpredikat akreditasi Unggul.