Kampus
12 Desember, 2022 16:32 WIB
Penulis:Setyono
Editor:Bunga NurSY
Eduwara.com, JOGJA – Tingginya minta calon mahasiswa masuk perguruan tinggi negeri (PTN) dan enggan berkuliah di perguruan tinggi swasta (PTS) menghadirkan kondisi kurangnya mahasiswa di kampus swasta. Digitalisasi diyakini sebagai upaya yang bisa diambil pengelola kampus swasta untuk menarik minat calon mahasiswa.
"Masalah kekurangan pendaftar berakar dari adanya kampus yang enggan melakukan digitalisasi. Mahasiswa saat ini mencari pengalaman belajar yang tidak hanya memberikan mereka ijazah serta ilmu teori, tapi juga digital skill dan mempraktikkan langsung studi kasus di dunia nyata," kata Dosen Senior di Universitas Trunojoyo Madura Wahyudi Agustiono.
Hal ini disampaikan Wahyudi yang merupakan pakar informasi teknologi SEVIMA saat berbicara dalam Musyawarah Nasional Asosiasi Perguruan Tinggi TIK (Aptikom) Jum'at (09/12) di Sanur, Bali. Keterangan ini baru dirilis ke media, Senin (12/12/2022).
Menurutnya kondisi ini didasarkan pada pengalamannya melakukan digitalisasi di lebih dari 700 kampus di Indonesia. Tanpa adanya transformasi digital, kampus-kampus swasta akan gulung tikar.
"Digitalisasi juga tidak cukup dicatat, tapi harus bisa memberikan impact kepada mahasiswa. Karena mahasiswa kita adalah generasi Z dan Alpha yang menginginkan pengalaman belajar digital. Kampus digital bagi mereka bukan lagi kemewahan, tapi kenormalan bahkan kewajiban," ujarnya.
Sebagai pakar IT, Wahyudi menyatakan ada empat langkah bagi kampus untuk sukses melakukan digitalisasi.
Langkah pertama yaitu mengembangkan infrastruktur yang kokoh tapi tetap terjangkau. Artinya dalam pengembangan digitalisasi ketakutan terbesarnya adalah biaya yang mahal, seperti seperti membeli server hingga membayar teknisi sendiri. Kampus juga bisa mengambil alternatif berupa menggunakan sistem yang sudah ada.
"Ini bisa diakali dengan memanfaatkan aplikasi digital yang sudah banyak bertebaran di internet. Termasuk, sistem akademik berbasis infrastruktur Cloud (komputasi awan) yang disediakan SEVIMA Platform," ungkapnya.
Menurutnya penggunaan aplikasi ini memberikan keuntungan bahwa sistem akademik dapat dengan mudah diakses lewat HP dan Laptop, seperti menggunakan sosial media.
Kemudian, langkah kedua adalah membuat peta jalan digitalisasi kampus yang terencana. Kehadiran peta jalan yang matang secara waktu dan SDM-nya, ini akan mampu mengarahkan digitalisasi terus berlanjut apapun kondisi yang terjadi.
Pada langkah ketiga, pengelola kampus swasta harus memastikan data terintegrasi dan sesuai aturan pemerintah. Dengan terhubung dengan Pangkalan Data Pendidikan Tinggi (PDDIKTI). Maka resiko seperti kebocoran data, kegagalan meluluskan mahasiswa karena tidak bisa mencetak Penomoran Ijazah Nasional, hingga akreditasi yang buruk akan bisa diminimalisir.
"Terakhir, tidak hanya menyiapkan gadget baru maupun aplikasi baru. Digitalisasi juga akan membawa budaya baru. sehingga kampus perlu menyiapkan SDM yang siap menghadapi digitalisasi," paparnya.
Bagikan