Riset Sejak 2020, Fapet UGM Bakal Kenalkan Ayam Lokal dengan Empat Keunggulan

28 September, 2024 00:31 WIB

Penulis:Setyono

Editor:Ida Gautama

28092024-UGM Riset Fapet.jpg
Dyah Maharani, Ketua Tim Riset Fapet UGM, ketika menjelaskan varietas ayam lokal galur baru yang lebih unggul dibandingkan ayam komersial. (EDUWARA/Dok. UGM)

Eduwara.com, JOGJA – Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada (Fapet UGM) tengah menyelesaikan riset varietas ayam lokal galur baru yang lebih unggul dibandingkan ayam komersial. Dimulai sejak 2020, riset ini telah menghasilkan bibit ayam lokal galur baru generasi kedua.

Diketuai Dyah Maharani, riset yang sepenuhnya dilakukan di Laboratorium Genetika dan Pemuliaan Ternak Fapet UGM termasuk dalam satu proyek di program Prioritas Riset Nasional (PRN).

“Riset kami menggunakan metode persilangan dan seleksi yang mengawinkan tiga bangsa ayam. Dua ayam ras lokal Kalimantan dan satu ras lokal Jawa Barat,” kata Dyah Maharani dilansir Jumat (27/9/2024).

Dengan metode seleksi ‘Independent Culling Level’, evaluasi beberapa sifat secara bersamaan dalam satu generasi, ayam lokal galur baru memiliki empat keunggulan dibandingkan ayam komersial.

Keunggulan pertama bobotnya bisa 0,8 Kg pada 10 minggu pertama, menghasilkan telur banyak, tidak mengeram dan kualitas daging sebaik ayam kampung.

Ketahanan Pangan

Empat keunggulan ini didapatkan dari seleksi pada ayam tetua atau donor yang dipilih memiliki dengan karakteristik spesifik dari garis keturunan jantan (male line), yaitu unggul dalam pertumbuhan. Dari garis keturunan berita (female line) dipilih kriteria mampu memproduksi telur dengan baik.

“Riset untuk memenuhi target ketahanan pangan mandiri serta memberikan dampak positif perekonomian lokal dan kesejahteraan masyarakat,” katanya.

Nantinya, lanjut Dyah, setelah mencapai generasi keempat, performa ayam diharapkan stabil dan siap untuk dinaikan produksinya bersama mitra industri Fapet UGM.

Ayam lokal galur baru ini memiliki masa rawat hingga panen 70 hari, sehingga memberikan keuntungan bagi peternak dengan perputaran uang yang lebih pendek dan margin yang lebih tinggi.

Dyah menyebut inisiatif ini tidak bertujuan menggantikan ayam broiler, melainkan mensubstitusi produksi daging sebagai sumber protein alternatif bagi masyarakat yang berasal dari produk lokal Indonesia.