Kampus
06 September, 2023 20:55 WIB
Penulis:Setyono
Editor:Ida Gautama
Eduwara.com, JOGJA – Akademisi Fakultas Teknologi Pertanian (FTP) Universitas Gadjah Mada (UGM) mengingatkan saat ini tantangan dalam mewujudkan ketahanan pangan tidak hanya tergantung pada bumi dan keberadaan sumber daya manusia. Namun harus melibatkan peran teknologi pertanian yang menduduki posisi penting sekarang ini.
Melalui seminar 'Peran Teknologi Pertanian dalam Membangun Agroindustri Berkelanjutan Menyongsong Indonesia Emas', para akademisi tersebut mendiskusikan strategi bidang pertanian dalam menghadapi tantangan masa kini.
"Sebagai negara agraria, Indonesia memiliki target menjadi pemasok pangan dunia terbesar di masa depan. Namun jika hanya mengandalkan sumber daya yang dimiliki tanpa diiringi inovasi teknologi, dapat dipastikan agroindustri tidak bisa bekerja maksimal," kata Guru Besar FTP UGM Bidang Teknik Irigasi, Sigit Supadmo Arif, dilansir pada Kamis (6/9/2023).
Sigit mengatakan sekarang ini basis pengembangan pertanian tidak hanya terletak pada bumi dan air saja, tapi juga teknologi. Menurutnya, bumi berubah, permukaan tanah berubah. Sebagian hilang, sebagian lagi bergabung.
"Lalu pertanyaannya, ini bagaimana irigasinya? Padahal itu satu yang krusial di bidang pertanian. Inilah ya, salah satu kasus di mana saya kira teknologi akan berperan penting dan sangat membantu," ungkapnya.
Sigit menambahkan, sumber daya yang ada di bumi ini sebagian besar sudah mengalami krisis. Meningkatnya populasi membuat kebutuhan akan perumahan dan industri lain meningkat, sehingga alih fungsi lahan semakin tinggi.
Tak hanya itu, perubahan iklim dan fenomena tidak terduga yang terjadi menjadi ancaman mematikan yang harus siap dihadapi. Jika hal ini terus berlangsung tanpa adanya kesiapan teknologi, maka dikhawatirkan negara akan menghadapi krisis berkepanjangan.
Smart Farming
Staff Litbang Kementerian Pertanian, Bayu Dwi Apri Nugroho, mengatakan salah satu inovasi yang dapat menjadi solusi berbagai masalah pertanian dan memperkuat ketahanan pangan nusantara adalah ‘SmartFarming’.
Smart Farming adalah konsep yang mengintegrasikan lahan sawah agar dapat dikelola bersama. Menurutnya ini menjawab tiga tantangan pertanian yang dihadapi, yaitu sistem tani yang tidak terintegrasi, minimnya penyerapan tenaga kerja, dan pendapatan petani yang kecil.
"Kita masih memiliki lahan sawah yang berbasis rumah tangga, dan faktanya, teknologi seperti ini akan sulit masuk dan dipahami jika kita tidak terjun langsung di lapangan," ujarnya.
Minimnya regenerasi tenaga kerja tani juga menjadi persoalan lain. Mayoritas lahan tani saat ini dikelola oleh petani usia lanjut, dan tidak memiliki penerus untuk mengelola lahan.
"Sebagian besar petani juga saya yakin tidak menginginkan anaknya menjadi petani. Pun dengan generasi saat ini, hanya sebagian kecil yang mau menjadi petani. Hal ini kemudian timbul menjadi masalah. Nah, kehadiran teknologi inilah yang nanti perannya untuk meningkatkan daya tarik pertanian di kalangan anak muda," tambahnya.
Selain gelaran seminar, rangkaian kegiatan Lustrum ke-XII FTP UGM mengundang 12 mahasiswa dari Faculty of Agriculture, Ehime University. Mereka diajak mengunjungi pasar tradisional seperti Pasar Beringharjo, Pasar Ngasem, beberapa ritel modern, dan industri pangan olahan.
"Dari kegiatan ini kami ingin mahasiswa berinteraksi langsung dengan pelaku industri pangan segar maupun pangan olahan. Ini untuk memberikan berkesempatan mereka memahami proses distribusi pangan dan budaya pangan," jelas Dekan FTP UGM, Eni Harmayani.
Bagikan