Sokong Kemandirian Ekonomi Pesantren, Peneliti UI Kembangkan Budidaya Lebah Tanpa Sengat

20 Desember, 2021 19:14 WIB

Penulis:Bhakti Hariani

Editor:Ida Gautama

20122021-UI lebah pesantren.jpeg
Tim Peneliti UI melatih kemandirian pondok pesantren dengan budidaya lebah tanpa sengat di tiga pesantren di Indonesia (EDUWARA/Humas UI)

Eduwara.com, DEPOK -- Berdasarkan data Kementerian Agama Republik Indonesia, saat ini Indonesia memiliki 26.973 pondok pesantren yang tersebar di seluruh penjuru negeri. Pada masa pendemi, banyak pondok pesantren yang terkendala secara ekonomi akibat menurunnya perekonomian masyarakat Indonesia. 

Tim peneliti Universitas Indonesia (UI) mencoba menjawab kendala ini melalui konsep kemandirian ekonomi pondok pesantren dengan sentuhan teknologi dan entrepreneurship dalam sebuah rangkaian kegiatan pengabdian masyarakat (pengmas).

Tim ini terdiri dari para dosen dan peneliti UI dari Fakultas Teknik Universitas Indonesia, yaitu Muhamad Sahlan, Heri Hermansyah, Kenny Lischer, dan Rambat Lupiyoadi peneliti UI dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) UI, serta beberapa praktisi peternakan lebah, yaitu Chandra Akso Diana, Jeffry Lesmana, dan Yogie.

Dalam kegiatan tersebut, teknologi yang diimplementasikan adalah teknologi budidaya lebah tanpa sengat (stingless bee).Teknologi ini dikembangkan dengan bantuan dana dari Bank Indonesia. 

Ketua Tim  Peneliti Muhamad Sahlan mengungkapkan, pemilihan inovasi budidaya lebah tanpa sengat dinilai sebagai langkah tepat yang dapat diterapkan dalam menciptakan kemandirian pondok pesantren. 

“Budidaya lebah tanpa sengat mudah dilakukan, lebah yang dibiakkan juga dapat berkembang biak berdampingan dengan manusia, dan madu yang dihasilkan memiliki nilai ekonomi yang tinggi,” ujar Sahlan dalam siaran pers yang dikirimkan Kantor Humas dan KIP UI kepada Redaksi Eduwara.com, Senin (20/12/2021).

Lebih lanjut dikatakan Sahlan, tiga pondok pesantren terpilih sebagai pilot project pusat percontohan perlebahan nasional untuk program Pengabdian Masyarakat ini yaitu Pondok Pesantren Nurul Qur’an (Bengkulu), Pondok Pesantren Alam Indonesia (Sulawesi Selatan) dan Pondok Pesantren Al-Kahfi (Nusa Tenggara Barat). 

Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Qur’an di Kabupaten Lebong, Bengkulu yakni Ustaz Nanang mengungkapkan antusiasmenya terhadap program ini.

“Usaha budidaya lebah yang dilaksanakan sebagai bentuk kerja sama antara Bank Indonesia dan tim FTUI ini sangat berdampak pada keberhasilan pondok kami. Terbukti budidaya lebah tanpa sengat ini sudah menghasilkan madu dan selalu terjual habis untuk konsumen, hal ini tentu menghasilkan keuntungan bagi pesantren,” ujar Nanang.

Hal yang sama turut diungkapkan oleh para pengasuh dua pondok pesantren lainnya, yaitu Hisbullah dari Pondok Pesantren Alam Indonesia di Kabupaten Baru, Sulawesi Selatan dan Ustaz Fuad dari Pondok Pesantren Al-Kahfi Kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara Barat. 

Usaha budidaya lebah tanpa sengat ini dianggap sangat potensial membantu kemandirian pesantren yang mereka asuh, mengingat lokasi pondok pesantren yang bersebelahan dengan hutan lindung. Lokasi ini merupakan keunggulan komparatif yang sangat menguntungkan bagi pondok pesantren.   

“Bayangkan jika sebagian besar pondok pesantren di Indonesia memiliki kemampuan usaha budidaya lebah tanpa sengat, maka mereka akan dapat menghasilkan bibit lebah dan madu. Hasil penjualan dan pembudidayaan bibit lebah dan madu ini ke depannya akan dapat membantu meningkatkan perekonomian secara lokal, regional bahkan mungkin secara nasional,” kata Sahlan. 

Sesuai dengan Sunnah Nabi Muhammad SAW dan telah terbukti secara medis, Sahlan mengatakan, madu merupakan salah satu produk pemenuhan kebutuhan daya tahan tubuh dalam menghadapi pandemi yang hingga saat ini belum berakhir.

”Jika pada zaman kolonial pondok pesantren memiliki peran melawan penjajah, maka di masa pandemi ini pondok pesantren punya peran berjuang melawan ketertinggalan melalui usaha kemandirian pesantren,” pungkas Sahlan.