Bagikan:
Bagikan:
Eduwara.com, JOGJA – Demi memutus rantai kemiskinan, Desa Guwosari, Kecamatan Pajangan, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta menggulirkan beasiswa bagi warganya untuk kuliah. Bekerja sama dengan Universitas Alma Ata Yogyakarta, sejak empat tahun lalu sudah 32 pemuda, warga desa tersebut yang melanjutkan pendidikan tinggi.
Kepala Desa Guwosari Masduki menuturkan, program beasiswa yang sudah bergulir sejak 2019 silam ini dinamakan 'Beasiswa 1 Dusun 1 Sarjana'.
"Tujuan besar dari program ini adalah memutus rantai kemiskinan di desa melalui pendidikan. Selama ini banyak pemuda di Guwosari yang tidak melanjutkan kuliah karena persoalan biaya dan tidak adanya motivasi dari orang tua," kata Masduki saat dihubungi Eduwara.com, Sabtu (13/5/2023).
Pada tahun pertama bergulirnya program ini, sebanyak empat pemuda asli Guwosari mendapatkan beasiswa. Kemudian pada tahun kedua terdapat enam pemuda. Jumlah penerima beasiswa meningkat pada tahun ketiga, yaitu sebanyak delapan pemuda. Kemudian pada tahun 2021 sebanyak 14 pemuda, dan tahun kemarin ada 16 pemuda.
"Tahun ini pembukaan pendaftaran program beasiswa kembali kami buka dan sementara ada 16 pemuda-pemudi yang mendaftar," jelasnya.
Soal anggaran beasiswa, Masduki mengatakan selain diambilkan dari Dana Desa, dana beasiswa ini juga dikumpulkan dari iuran bulanan para perangkat desa yang dipotong dari gajinya. Tak hanya itu, pembiayaan biaya kuliah juga diberikan oleh Universitas Alma Ata Yogyakarta. Universitas ini digandeng karena sebelumnya sudah terjalin kerja sama dengan Desa Guwosari terkait dengan pemberdayaan masyarakat desa.
Sumbangsih ke Warga Desa
Di Universitas Alma Ata Yogyakarta, penerima beasiswa dibebaskan memilih 14 jurusan yang terdiri dari Kebidanan, Gizi, Keperawatan, Administrasi Rumah Sakit, Pendidikan Agama Islam, dan Pendidikan Guru MI. Jurusan lainnya adalah Pendidikan Guru SD, Pendidikan Matematika, Perbankan Syariah, Ekonomi Syariah, Manajemen, Akuntansi, Informatika dan Sistem Informasi.
"Di awal, peserta kita mintakan komitmennya baik selama menempuh kuliah maupun sesudahnya untuk turut serta membangun desa. Seperti berkontribusi di lembaga desa, membantu program vaksinasi, menginput data profil desa, sampai promosi kegiatan desa," lanjut Masduki.
Bahkan selesai kuliah, mereka tetap diminta membantu pembangunan masyarakat desa baik secara langsung maupun tidak langsung. Meski tanpa ada komitmen waktu, namun dengan adanya ikatan batin diharapkan para penerima desa memberikan sumbangsih ke warga desa.
"Komitmen ini kita lakukan agar selesai kuliah, mereka tidak hanya kembali ke desa untuk menikah lantas bekerja di kota. Kita mengharapkan mereka turut membantu pemberdayaan masyarakat untuk memutus rantai kemiskinan," tutur Masduki sembari menambahkan bahwa pada tahun ini, empat penerima ‘Beasiswa 1 Dusun 1 Sarjana’ akan diwisuda.