logo

Kampus

CAPTURE, Purwarupa Penangkap Karbondioksida Karya Mahasiswa UGM

CAPTURE, Purwarupa Penangkap Karbondioksida Karya Mahasiswa UGM
Empat mahasiswa UGM, yaitu Javier Ahmad, Wahyu T Wicaksono, Daffa I Izaohar, dan Glenshah Fauzi berinovasi mengembangkan alat yang mampu menangkap karbondioksida. Alat tersebut dinamakan CAPTURE atau Carbon Abatement, Performance Traking, and Utilization with Real Time Evaluation. (EDUWARA/Dok. UGM)
Setyono, Kampus23 Oktober, 2023 21:36 WIB

Eduwara.com, JOGJA – Upaya pengurangan emisi gas rumah kaca ,baik di tingkat regional maupun global, menjadikan sejumlah mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) berinovasi melahirkan alat yang mampu menangkap karbondioksida.

Inovasi tersebut diwujudkan dengan menerapkan teknologi penyerap gas karbon (KARBON), terintegrasi yang bisa dipantau secara real time berbasis sensor cerdas.

Dinamakan Carbon Abatement, Performance Traking, and Utilization with Real Time Evaluation (CAPTURE), teknologi ini dikembangkan Javier Ahmad (Teknik Fisika FT UGM), Wahyu T Wicaksono (Teknik Fisika FT UGM), Daffa I Izaohar (Teknik Fisika FT UGM), dan Glenshah Fauzi (Kimia FMIPA UGM).

Karya ini memperoleh pendanaan dari Program Kreativitas Mahasiswa Karsa Cipta (PKM KC) Kemendikbudristek 2023.

"Teknologi yang kami kembangkan ini bisa menangkap gas karbon dari udara melalui proses adsorpsi fisika dengan membran yang terbuat dari ekstrak tempurung kelapa," jelas Ketua Tim Pengembang CAPTURE, Javier Ahmad, Senin (23/10/2023).

Pengembangan teknologi ini dilatarbelakangi dari keinginan untuk mendukung upaya Indonesia dalam pengurangan emisi gas rumah kaca baik di tingkat regional maupun global. Sementara kendala terbesar dalam menyerap gas karbon yang sudah terlepas ke atmosfer adalah luasnya area penyebaran sehingga diperlukan suatu alat yang mampu mengarahkan udara yang mengandung karbon ke dalam filter yang mampu secara spesifik menangkap karbon dari udara.

Karenanya, lanjut Javier, tim menggagas pengembangan teknologi untuk menangkap gas karbon dari udara melalui proses adsorpsi fisika dengan membran yang terbuat dari ekstrak tempurung kelapa.

"Penangkapan karbon dengan adsorpsi dianggap sebagai metode yang menjanjikan karena konsumsi energinya yang rendah selama regenerasi, biaya investasi yang rendah, dan tidak ada polutan atau produk sampingan yang dihasilkan," paparnya.

Tempurung

Javier menambahkan pemanfaatan tempurung atau batok kelapa sebagai membran adsorpsi karena keberadaannya yang sangat melimpah di tanah air. Sementara itu, keberadaan tempurung kelapa ini belum dimanfaatkan secara optimal sehingga mereka mencoba untuk mengolah limbah menjadi sesuatu yang lebih bermanfaat.

"Batok kelapa ini memiliki kadar abu yang rendah, mikropori yang banyak dan memiliki reaktifitas tinggi. Lalu, dari beberapa jurnal diketahui batok kelapa sudah banyak digunakan sebagai filter karbon dan menunjukkan hasil yang bagus," terangnya.

CAPTURE dikembangkan dengan komponen utama berupa filter udara, adsorben tempurung kelapa, kipas exhaust, kontrol, sensor kapasitif, sensor karbon, power supply, serta layar LCD. Alat ini bersifat portable dengan dimensi 40x26x20 cm sehingga memudahkan untuk digunakan diberbagai tempat dan kondisi.

"Rencananya, alat akan digunakan pada bangunan hijau. Alat ini bekerja dengan menarik udara dari luar bangunan kemudian menangkap unsur karbon yang ada di udara tersebut, kemudian meneruskan udara yang sudah bersih kedalam bangunan hijau tersebut," urainya.

Alat ini dikembangkan dengan dua mode dalam pengoperasiannya. Pertama, mode ambient yang bekerja secara manual dengan mengubah saklar  nyala atau mati. Lalu, mode smart yang bekerja secara otomatis ketika data sensor CO2 out =sensor CO2 in, maka alat otomatis mati.

Dibandingkan alat serupa di pasaran, CAPTUREm emiliki keunggulan dalam proses pengamatan udara secara otomatis dan pengamatan kualitas filter atau kejenuhan dari bahan penangkap karbon secara real time.

Sistem tersebut belum ada dalam alat yang beredar di pasaran. Sebab, sebagian besar sistem filter saat ini hanya sebagai filter udara dan tidak spesifik menangkap karbon. Dengan begitu alat ini bisa diaplikasikan di berbagai sektor mulai sektor hunian sampai sektor industri.

"Karena kejenuhan filter tersebut teramati secara real time maka hasil dari penangkapan karbon dapat diamati. Ketika filter tersebut penuh dengan karbon maka filter dapat dipanen karbonnya untuk digunakan kembali. Selain itu, alat ini juga menampilkan kondisi udara sebelum dan sesudah terfilter secara real time,"paparnya.

Read Next